40

7.9K 1K 185
                                    

Selesai makan malam seperti biasanya, mereka berkumpul di ruang keluarga. Tapi kali ini sedikit berbeda di mana Kara yang biasanya tidak pernah bersikap manis dan manja pada kedua orang tuanya, malam ini anak itu terus menempel pada kedua orang tuanya.

Seperti pemandangan di rumah keluarga, di mana Kara meletakkan kepalanya di pangkuan Naira. Meskipun Ibu-nya itu nampak acuh dia tidak perduli, malam ini akan menjadi malam yang nantinya akan sangat di rindukan.

Kara menatap Anka yang duduk di bersebelahan dengan Banu. "Pinjam" ucap Kara seraya mengulurkan tangannya pada Anka.

Anka memberikan ponselnya pada adiknya. "Kamu mau main?" tanya Anka.

"Gak, gue mau telpon sama Zian"

"Aku gak punya nomor dia-"

"Gue hapal nomernya, gue mau telpon dia mau nanyain sahabat aku yang katanya di bawa ke rumah sakit" sala Kara lalu menuliskan nomor hp Zain, menghubungi nomor tersebut.

"Teman kamu sakit? Kenapa telpon Zain? Kan kalian gak satu sekolah-"

"Halo Zain, gimana kabar anjing? Udah sehat kan dia? Besok aku mau main-main lagi sama dia," ucap kara membuat mereka cukup terkejut.

Naira merebut hp yang di gunakan Kara lalu memutuskan panggilannya sepihak. "Siap yang kamu panggil anjing?" tanya Anka menatap adiknya dengan serius.

"Ya anjing lah, emang mau siap lagi Lo-"

"Kara! Makin ke sini makin kurang ajar kamu. Mau kamu di hukum tidur di luar?" Banu menatap tajam anak bungsunya yang terlihat santai-santai saja.

"Namanya emang anjing, emang salah manggil nama dia? Orang emang dia anjing kok marah-marah" ucap Kara kembali meletakkan kepalanya di pangkuan Naira.

"Bu, Ibu bisa bikin sup yang kaya Nini pernah buat? Aku mau itu besok pagi buat sarapan"

"Sup apa?" tanya Naira menundukkan kepalanya menatap anaknya.

"Apa ya Anka? Yang dulu Nini sering bikin buat kita?" tanya Kara menoleh ke arah Anka.

"Ada macam-macam. Sup jagung, sup jamur, sup daging, sup sayur kamu mau yang mana?"

"Mau sup jamur Bu" ucap Kara mengalihkan perhatiannya pada Naira.

"Di rumah gak ada jamur, lain kali Ibu buatin?"

"Kapan? Besok siang aku pergi ke asrama, belum lulus sekolah belum pulang. Ibu mau datang ke sana pas libur sekolah?" tanya Kara yang tak mendapatkan jawaban dari sang Ibu.

Naira hanya diam, dia kembali mengambil ponselnya dan melanjutkan lagi pekerjaan yang sempat tertunda.

Ruang keluarga itu menjadi hening, hanya ada suara televisi yang menghiasi rumah keluarga, pikiran buruk mulai hingga di pikiran Kara, mungkin keluarga sudah lelah. Dan memilih untuk membuangnya, belajar di asrama adalah sebuah alasan mereka agar dirinya pergi dari rumah dengan mudah.

Kara membalikkan tubuhnya, menyembunyikan wajahnya di perut sang Ibu. Memeluknya dengan erat, memanfaatkan kesempatan yang masih tersisa sebelum hari esok dirinya mungkin tak kan mendapatkan kesempatan untuk memeluk Ibu-nya lagi.

"Jangan tidur di sini, tidur di kamar mu" ucap Naira meletakkan ponselnya di atas meja.

"Aku belum tidur Bu, nanti kalau udah ngantuk aku pergi ke kamar." ucap Kara tak melepas pelukannya pada Ibu-nya.

"Ayo hidup bebas di luar, gak ada aturan dari siapapun. Menikmati hidup yang seharusnya, mau bodoh atau pintar gak ada yang ngelarang, gak ada yang marah"

"Menjelajahi tempat-tempat baru, membuat kenangan yang menyenangkan untuk di kenang. Hidup ini punya banyak pilihan, terserah mau menempuh dengan cara apa menuju akhir kehidupan. Tapi jangan sia-siakan kehidupan hanya untuk orang-orang yang tidak menginginkan kita"

KARA Där berättelser lever. Upptäck nu