15

13.1K 1.1K 62
                                    

"Bagaimana keadaan anak ku?" tanya Banu pada dokter yang baru saja keluar dari ruang rawat anaknya.

"Kondisi yang menurut di sebabkan karena cendra kepalanya. Saya sudah memberikan obat untuk mengatasi cedera kepalanya. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, kita harus menunggu keadaan Kara stabil" jelas dokter lalu berpamitan untuk memeriksa pasien lain.

Banu dan Naira segera masuk ke dalam kamar rawat Kara, Banu berjalan mendekati ranjang anaknya.

Di balik masker oksigennya Kara tersenyum tipis pada Ayah-nya, dia mengalihkan pandangannya pada jam dinding yang ada di kamar rawat. Yang baru saja menunjukkan pukul empat sore. "Ayah" panggilnya dengan lirih.

"Iya, kenapa?" jawab Banu mendekatkan tubuhnya pada anaknya.

"Ayo pulang, aku udah beberapa hari gak sekolah. Nanti gak naik kelas lagi" ucapnya sambil menahan tangan Banu yang ingin menyentuh rambutnya.

"Nanti kalau udah sembuh kita pulang" ucap Banu tersenyum tipis.

"Aku gak sakit berati udah sembuh kan?" balas Kara menatap kedua orang tuanya bergantian "Aku mau ketemu teman aku, udah lama gak ketemu dia Yah"

"Nanti Ayah minta teman kamu datang ke sini jenguk kamu" ujar Naira mengusap menggenggam tangan anaknya yang terbebas dari infus.

Kara menggelengkan kepalanya. "Ayah gak tau yang mana teman aku" ucapnya melepaskan genggaman tangan Naira.

"Ibu mana Anka?" tanyanya yang sejak tadi tak melihat kehadiran saudara kembarnya itu.

Naira menoleh ke belakangnya. "Masih tunggu di luar, mau sama Anka?" tanya Naira dengan lembut.

"Gak, aku cuma nanya"

Naira mencium kening Kara cukup lama membuat anak itu cukup terkejut dengan apa yang Naira lakukan. "Ibu ini Kara bukan Anka" ucapnya yang membuat air mata Naira kembali menetes.

"Iya Ibu tau ini Kara bukan Anka. Kara gak suka Ibu cium Kara?" tanya Naira dengan air mata yang terus mengalir tanpa seizinnya.

"Ayah bilang kalau mau dapat yang kaya Anka harus kaya Anka dulu, aku belum kaya Anka. Ibu gak marah?" tanya Kara menatap Naira dengan tatapan polosnya.

"Gak, Ibu gak marah" lirih Naira dengan hati-hati dia memeluk anaknya.

Kara hanya diam tanpa membalas pelukan Ibu-nya, dia mengingat ucapan pengasuhnya dulu, yang dulu pernah mengatakan jika kedua orang tuanya marah pada dirinya bukan karena benci tapi karena sayang, karena kedua orang tuanya ingin yang terbaik untuk anak bungsunya. Makanya mereka suka marah dengan apa yang di lakukannya.

"Ibu udah gak marah, mungkin Ibu udah capek juga sama gue. Nanti pas pulang gue di ajak pulang juga kan ya? Kalau gak di ajak pulang gue pulang ke mana? Tinggal sama teman gue aja kali ya?" batin Kara dengan ragu-ragu dia membalas pelukan Ibu-nya.

Naira melepaskan pelukannya lalu mengusap air mata anaknya. "Kenapa? Mana yang sakit?" tanyanya dengan raut wajah khawatir.

"Aku gak sakit Bu" jawab Kara tersenyum lembut. "Ayah sama Ibu gak pulang? Udah sore nanti Anka sendiri di rumah"

"Anka di luar, dia belum pulang. Kita tunggu di sini sampai kamu sembuh" ucap Banu.

"Tapi aku gak sakit, aku gak bohong Yah. Aku sama sekali gak sakit, aku juga gak tau kenapa tadi dokter kasi aku obat sama pasangin masker oksigen. Padahal aku tadi pas baru bangun tidur aku bilang sama dokter kalau aku baik-baik aja, gak sakit sama sekali" ucap Kara.

KARA Where stories live. Discover now