1

16.8K 1.1K 14
                                    

"Kamu gak jadi pergi? katanya mau pergi sama temen-temen" tanya Anka menghampiri adiknya yang tengah rebahan di ruang keluarga.

"Kenapa lo gak suka gue di rumah?" balas Kara sekilas menoleh ke arah Anka.

Anka mendudukkan dirinya di sofa single lalu meletakkan makanan di atas meja. "Kalau mau pergi sarapan dulu, nanti pulang jam berapa?" tanya Anka tersenyum lembut pada adiknya.

"Suka-suka gue nanti mau pulang jam berapa, besok masih libur gak pulang juga gak masalah" balas Kara lalu kembali fokus dengan ponselnya.

"Nanti aku juga mau pergi gak jauh sih, nanti kita pergi bareng. Anterin aku dulu nanti biar sopir ikut kamu, sekalian nungguin sampai kamu pulang"

Kara mendudukkan dirinya lalu menatap saudara kembarnya. "Gue bisa pergi sendiri gak perlu pake sopir segala, gak semanja itu gue" ucapnya lalu bangkit dari duduknya, berlalu pergi meninggalkan ruang keluarga.

"Pake mobil, gue juga gak pernah di anterin pake mobil ke sekolah ya kali pergi main doang pake mobil" gumam Kara masuk ke dalam kamarnya.

Anka meletakkan sejumlah uang di atas meja, lalu dia pergi keluar untuk bertemu dengan teman-temannya. Seharusnya dia sudah pergi dari tadi tapi karena menunggu adiknya bangun dan memastikan Kara sarapan barulah dia bisa pergi dengan tenang.

"Pak anterin saya ke kafe depan, nanti pak Pendi pulang lagi anterin adek pergi main" ucap Anka pada sopir pribadinya.

"Biaik Tuan" patuh pak Pendi lalu membukakan pintu mobil untuk majikannya.

Setelah berganti pakaian, Kara kembali turun ke bawah. Dia mengambil roti yang sudah di siapkan kembarnya lalu berjalan keluar rumahnya.

Kara mengeluarkan motor miliknya. "Jangan mogok ya, gue mau jalan-jalan. Awas aja lo kalau mogok gue lelang juga" ucap Kara pada sepeda motornya.

Baru saja dia menaiki motornya, suara klakson mengurungkan niatnya. Kara turun dari motor lalu membuka pintu gerbang. "Lah, balik lagi katanya ke luar kota. Gak jadi?" gumam Kara menatap mobil Banu yang masuk ke halaman rumah.

Banu turun dari mobil lalu menoleh ke arah Kara yang masih berdiri di dekat pintu gerbang. "Mau ke mana kamu?" tanya Banu.

"Mau keluar sebentar Yah" jawab Kara tersenyum tipis pada Ayah-nya.

"Tugas kamu udah selesai?"

"Udah Yah, aku boleh pergi kan?"

"Hmm" dehem Banu lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil dokumen kantornya yang tertinggal.

Kara buru-buru pergi, sebelum nantinya Ayah-nya berubah pikiran dan membuatnya belajar seharian. Apa lagi semalaman dia mengerjakan tugas sekolahnya asal-asalan.

Kara berjalan kaki tanpa tujuan, yang terpenting untuknya pergi jalan-jalan dari pada di rumah harus berurusan dengan buku-buku sepanjang hari, sebenarnya jika itu buku komik tidak masalah. Yang menjadi masalah itu buku pelajaran yang membosankan.

Di tengah jalan, Kara melihat seekor ajing yang terikat di bawah pohon. "Siapa sih yang ikat anjing di pohon, kasihan banget" monolognya sambil melepaskan ikat tali anjing tersebut.

"Woy!!! Anjing gue mau lo apain" teriak seorang wanita dari halaman rumahnya.

"Lepasin Tante" jawab Kara melepaskan talinya, membuat anjing itu lari dengan secepat kilat.

"Anak kurang ajar, susah-susah gue tangkap dia tadi malah di lepas lagi" omel wanita itu berjalan mendekati Kara dengan membawa gayung.

"Tante aku bantu tangkap anjingnya" ucap Kara dengan cepat dia berlari mengejar anjing tadi sebelum gayung itu melayang ke arahnya.

................

"Jadi siapa yang mau bawa tugasnya besok?" tanya Anka pada teman-temannya, saat ini Anka berada di kafe dan baru saja menyelesaikan tugas kelompoknya.

"Biar aku yang bawa besok" ujur Putri teman kelas Anka.

"Nanti yang sebagian gue yang bawa, besok jangan sampai ada yang telat" sahut Nazril.

"Kalau gitu gue pulang dulu, udah sore gue harus buru-buru balik adek gue di rumah sendirian" ucap Anka sambil merapikan barang-barangnya.

"Kenapa lo gak bawa aja tadi? biar kita juga kenal sama dia" ujar Mahesa.

Anka sering kali menceritakan tentang adiknya tapi sekali pun dia tidak pernah mengenalkan adiknya pada teman-temannya. Anak dan adiknya tidak satu sekolah, oleh karena itu semua teman Anka tidak ada yang tahu seperti apa adik Anka.

"Lain kali gue kenalin, gue duluan ya" pamit Anka segera pergi meninggalkan kafe tersebut.

Anka masuk ke dalam mobil, duduk di bangku penumpang. "Pak tadi Kara pergi ke mana? adek udah pulang belum? kalau belum kita jemput sekalian" tanya Anka pada sopir pribadinya.

"Tuan muda Kara tadi pergi sendiri Tuan, tadi saat saya sampai di rumah Tuan muda Kara sudah pergi, kalau soal sudah pulang atau belum, saya tidak tahu" jawab Pak Pendi.

"Ya udah Pak, kita langsung pulang biar aku nanti telpon adek" pungkas Anka lalu mengirim pesan pada adiknya, entah nanti pesannya akan di balas atau tidak oleh adiknya. Karena biasanya adiknya tidak akan membalas pesan dari dirinya jika hari libur, alasannya karena tidak ingin di ganggu di hari libur.

Setelah perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya Anka sampai di rumah. Anka turun dari mobil setelah Pak Pendi memarkirkan mobilnya. "Kara" panggil Anka pada adiknya yang sedang duduk di depan teras rumah.

Anka segera menghampiri adiknya lalu berjongkok di depan Kara. "Kamu kenapa? kenapa luka-luka gini kamu habis jatuh?" khawatir Anka memperhatikan tubuh adiknya yang kotor penuh dengan lumpur dan ada luka di lengannya dan juga kakinya.

"Gara-gara anjing tuh gue jadi nyungsep ke got, awas aja tuh anjing kalau ketemu lagi. Gue tenggelamim di got sekalian" ucap Kara bangkit dari duduknya.

"Ambilin gue air sama baju dong, nanti kalau masuk kotor gini di marahi Ayah" titahnya pada Anka.

"Ayah lagi pergi, masuk aja nanti aku yang bersihin. Habis itu kita ke rumah sakit ya" ujar Anka menatap wajah adiknya dengan lembut.

"Mau ngapain?"

"Obatin luka kamu, sekalian priksa-"

"Ngapain kurang kerjaan, sakit aja gak di obati agak gila lo. Atau jangan-jangan lo pengen gue sakit?" ucap Kara menatap Anka dengan mata melotot.

"Kalau gak mau ke rumah sakit nanti biar Abang yang obati lukanya, gimana demam kamu udah sembuh? apa masih pusing?" tanya Anka menggandeng tangan adiknya masuk ke dalam rumah.

"Siapa yang demam? Gue gak demam gak sakit juga" balas Kara melepaskan genggaman tangan Anka.

"Lantai kotor"

Anka mengusap rambut adiknya dengan lembut. "Nanti Abang yang bersihin, sana kamu ke kamar terus mandi, habis itu kita makan malam"

"Hmm" dehem Kara lalu pergi ke kamarnya.

Anka memandang punggung adiknya yang menaiki anak tangga. "Kamu udah bisa di pukul sama Ayah, makanya tadi bilang gak sakit ya dek. Coba sekali aja ngeluh sama aku, kamu bilang apa yang kamu rasain biar aku tau" monolog Anka melangkahkan kakinya ke dapur mengambil kain pel untuk membersihkan lantai yang kotor.

KARA Where stories live. Discover now