18

12K 1.1K 122
                                    

Malam ini kediaman Banu kedatangan tamu, rumah yang biasanya sepi kini menjadi sangat begitu ramai dengan kehadiran Kakak dan adik Banu.

Mereka baru saja selesai makan malam dan sekarang mereka berkumpul di ruang keluarga, sedangkan anak-anak mereka berkumpul di halaman rumah.

Di tengah kehangatan keluarga yang begitu kental, hanya ada satu anggota mereka yang tidak ikut bergabung. Ya itu anak bungsu Banu.

Anak itu tahu di mana tempatnya saat keluarga besar Ayah atau Ibu-nya sedang berkumpul di rumah, Kara berada di kamarnya sendiri dan tidak keluar kamar sampai acara keluarganya selesai.

Di saat keluarga sedang bercanda gurau, anak itu tengah menikmati makan malamnya seorang diri di kamarnya, dengan telaten dia memisahkan daging ikan dari durinya, meskipun berberapa kali tangannya tertusuk duri ikan.

Selesai makan Kara membersihkan piring kotornya lalu meletakkannya di atas meja yang terletak di luar kamarnya. "Gue udah berapa lama gak masuk sekolah ya?" monolognya lalu kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Pasti besok pas sekolah di hukum karena banyak tugas yang gak di kerjain" monolognya berjalan mendekati pintu balkon. Kara keluar dari kamarnya lalu mendudukkan dirinya di bangku yang ada di sana, dia tersenyum mendengar suara tawa keluarganya di bawah.

"Kayanya Bianca gak ikut ke sini, mungkin masih marah sama Anka gara-gara waktu itu dia nginep di sini. Lagian Anka aneh sama sepupu sendiri aja ribut" gumam Kara sambil menatap langit malam.

Kara memejamkan matanya menikmati hembusan angin malam yang dingin untuk orang lain tapi tidak untuk dirinya, ia tidak tahu sedingin apa itu es krim dan sepanas apa itu kopi panas.

Sementara itu di lantai dua, Banu tengah berbincang-bincang dengan saudaranya. Mengenai perusahaan mereka, sedangkan para wanitanya tengah membahas rencana mereka untuk pergi berlibur bersama.

Dari mereka semua tidak ada satupun yang menanyakan keberadaan Kara, meskipun sejak tadi mereka tidak melihat kehadiran anak itu.

"Menurut Kak Naira gimana? Kalau kita liburan ke puncak akhir pekan ini?" tanya Mila adik ipar Naira.

"Anak-anak cuma libur empat hari, kayanya nanggung kalau kita liburan cuma empat hari" sahut Rani Kakak ipar Naira.

"Gimana kalau liburannya nanti aja pas anak-anak libur panjang. Kita pergi ke luar negeri" usul Naira.

"Aku setuju, libur empat hari kalian nginap di rumah aku. Udah lama kalian gak bawa anak-anak nginep di rumah" ujar Rani sebagai Kakak tertua mereka.

"Ngomong-ngomong, anak bungsu Kak Rani kemana kok gak ikut ke sini?" tanya Mila.

"Biasalah, anak remaja lebih milih pergi sama teman-temannya dari pada ikut Mami-nya. Apa lagi udah kuliah" jawab Rani.

"Gimana Anka, udah ada rencana mau kuliah di mana nantinya?" tanya Rani pada Naira.

"Baru kelas dua SMA Kak, dia belum tau mau kuliah di mana. Kalau kita maunya dia kuliah di luar negeri tapi ya gak tau juga anaknya maunya di mana" jawab Naira.

"Kalau Kara gimana?" tanya Mila.

"Anak itu gak usah di tanya Mil, SMP aja gak tau lulusnya kapan. Kalau Nenek sama Kakek-nya masih hidup, tuh anak pasti udah habis dari dulu" ujar Rani.

"Dari keluarga kita semua cuma tuh anak yang suka bikin malu dengan ulahnya yang gak karuan. Aku dengar dia juga sering berantem di sekolah, kamu gak ada niat kirim dia ke asrama Nai?" ucap Rani menatap adik iparnya yang duduk di seberangnya.

"Rencana kalau tahun ini gak naik kelas lagi mau kita kirim ke asrama, mas Banu juga udah urus berkas-berkasnya buat daftar ke asrama" jawab Naira.

Dia dan Banu memang memiliki rencana untuk memasukkan Kara ke asrama, agar anak itu fokus dengan pelajaran sekolahnya.

"Kan dari dulu aku udah bilang, masukin aja ke asrama. Kamu sama Banu malah gak mau dengerin, kan jadinya sekarang makin susah di atur" balas Rani.

"Udahlah Kak, gak usah di bahas dulu. Aku mau lihat anak-anak di luar" ujar Naira lalu bangkit dari duduknya dan di ikuti Mila yang ikut pergi keluar untuk melihat anak-anak mereka yang berada di halaman.

............

Pagi ini Kara bangun lebih pagi agar tidak terlambat pergi ke sekolah, anak itu membuka korden jendela kamarnya melihat langit yang masih gelap dan di sertai gerimis.

"Tumben pagi ini hujan, harus cepat-cepat nih berangkat sekolahnya. Bisa-bisa terlambat nanti kalau gak cepat" monolog Kara segera pergi ke kamar mandi.

Selesai mandi dan berganti pakaian, Kara keluar dari kamar lalu berjalan ke ruang makan. Di ruang makan sudah ada Naira yang tengah menyiapkan sarapan dan Banu yang tengah minum kopi.

"Selamat pagi" sapa Kara lalu duduk di kursinya.

"Mau ke mana kamu?" tanya Banu memperhatikan Kara yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

"Sekolah Yah, di luar gerimis aku mau jalan ke depan lebih pagi biar gak ketinggian jemputan" jawab Kara menatap Banu yang duduk di seberangnya.

"Oh, iya Yah. Minggu depan sekolah ngadain kemping, aku boleh ikutan?"

"Setiap kali kamu ikut kegiatan sekolah gimana hasilnya? Buat masalah, mengacaukan semuanya. Kali ini gak ada lagi ikut kegiatan sekolah" ucap Banu.

"Jangan bikin Ayah malu lagi" tegasnya.

"Iya Yah" patuh Kara lalu mengambil dua potong roti tawar dan dua lembar tisu. Dia membungkus satu roti tawar yang di ambilnya dengan tisu lalu memasukkannya ke dalam tas sekolahnya.

"Kamu mau bekal roti ke sekolah?" tanya Naira yang sejak tadi memperhatikan anaknya.

"Gak Bu, ini mau aku kasih teman aku nanti, Anka belum turun Bu? Aku boleh sarapan dulu gak?"

Naira menganggukkan kepalanya lalu kembali melanjutkan kegiatannya dengan sesekali dia memperhatikan anak bungsunya, sebenarnya Naira sudah membuatkan roti untuk Kara. Tapi anak itu menyingkirkan piring berisi roti dan mengambilkan yang baru.

"Di kantin sekolah biasanya jual apa aja?" tanya Naira.

"Sekolah aku?" tanya Kara memastikan jika Ibu-nya bertanya pada dirinya bukan pada saudara kembarnya.

"Iya, emangnya yang sekolah di sini siapa lagi" balas Naira, wajar saja Kara bertanya seperti itu karena dirinya tidak pernah menanyakan apapun tentang sekolah anak itu.

"Aku gak tau Bu jual apa aja, aku gak pernah pergi ke kantin" jawab Kara apa adanya. Memang selama ini dirinya tidak pernah pergi ke kantin.

"Kenapa?" penasaran Banu.

"Emang mau ngapain ke kantin sekolah Yah, aku gak ada tujuan ke sana" jawab Kara mengalihkan perhatiannya pada Banu.

"Terus kamu makan siang di mana? Keluar sekolah bolos?" tanya Banu menatap datar anaknya.

"Gak, aku makan siang di rumah sekalian pas makan malam" jelas Kara lalu bangkit dari duduknya. "Aku berangkat sekolah dulu Yah, Bu" pamitnya menyalami tangan kedua orang tuanya lalu segera pergi keluar.

Banu bangkit dari duduknya lalu mendekati lemari kecil yang ada di dekat pintu keluar, dia membuka salah satu laci lemari itu. "Dia gak pernah ambil uang di sini?" monolognya menatap banyaknya uang yang ada di dalam laci.

Dia sengaja setiap hari meletakkan uang di dalam laci untuk Kara, tapi dia tidak pernah mengatakan pada anak itu. Dia pikir Kara akan mengambilnya setiap hari tanpa harus di beri tahu. Karena Banu juga melakukan hal yang sama pada Anka bedanya dia memberi tahu Anka.

Banu segera pergi keluar untuk mengejar Kara, namun sayangnya dia sedikit terlambat. Kara sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil jemputan ketika Banu sampai di halte penjemputan.








Tebak, teman Kara tuh kira-kira siapa? Nanti kalau tebakan kalian ada yang benar aku double update hari ini.

Kalau gak ada yang benar ya sampai jumpa hari senin. Bay bay bay

KARA Donde viven las historias. Descúbrelo ahora