19

12.9K 1.1K 46
                                    

Baru saja sampai di sekolah, Kara sudah di hadang oleh Anto dan teman-temannya. Anto berdiri di tengah-tengah jalan, menghalangi Kara yang ingin masuk ke dalam kelas.

"Urusan kita yang waktu itu belum selesai, lo malah minggat gak masuk sekolah berhari-hari" ucap Anto tersenyum miring pada Kara.

"Gue gak punya duit, minggir gue mau masuk" ucap Kara mendorong tubuh Anto agar menyingkirkan dari hadapannya.

Anto yang tak terima pun membalas Kara dengan melayangkan pukulan di pipi Kara.

Bugh!!

"Mampus lo!! Gue udah bilang jangan sok jadi jagoan lo di sini" ucapnya tersenyum mengejek Kara.

"Mumpung jam kos, kita kerjain aja tuh anak bos. Lumayan kita ada hiburan" ucap Adit.

"Boleh juga, enaknya kita apain nih si idiot" antusias Anto menepuk pipi Kara.

"Gudang belakang sekolah udah lama kosong, kita hajar aja si idiot di sana. Kan sepi di sana gak ada yang tau" ujar Tian.

"Pak! Iya pak sebentar" teriak Kara sambil melambaikan tangannya membuat Anto dan kedua temannya mengalihkan perhatian mereka.

Di saat mereka bertiga lengah, Kara segera melarikan diri menjauh dari mereka. "Sialan kita di tipu" umpat Anto yang menyadari Kara sudah melarikan diri.

"Jangan diem aja ayo kita kejar" ucapnya segera mengejar Kara yang lari keluar sekolah.

Baru sekitar dua meter Kara berlari, dia sudah kesulitan untuk menarik napasnya. Kara menghentikan langkahnya lalu mendudukkan dirinya di tepi jalan.

"Waktu di rumah sakit di kasih apa gue sama tuh dokter, gila jadi susah napas gini" monolognya sambil memukul-mukul dadanya berulang kali.

"Segitu doang lo larinya? Selain bodoh, idiot lo payah juga" suara Anto mengalihkan perhatian Kara.

"Gue gak mau cari ribut sama lo" ucap Kara menatap Anto yang sudah berdiri di hadapannya.

"Siap juga yang mau ribut sama anak idiot, kurang kerjaan kata gak ada anak lain aja yang lebih normal di ajak ribut. Lo pantasnya di mainin" ucap Anto mendudukkan dirinya di samping Kara.

"Karena lo udah kabur dari kita, jadi kita main-mainnya agak lama dikit" ucapnya merangkul pundak Kara.

"Bantu dia bangun, kita ajak jalan-jalan dekat sini" printah Anto pada kedua sahabatnya.

"Rumah kosong seru nih buat gantung nih anak di sana" ucap Adit sambil memaksa Kara berdiri.

"Jangan di sana, samping-sampingnya masih ada warga. Nanti kita juga malah kena hajar warga, kita bawa aja ke gudang sekolah" ucap Anto lalu berjalan lebih dulu.

Sampai di gudang sekolah mereka mengikat kedua tangannya Kara lalu mmaksa Kara untuk berdiri menghadap ke arah mereka bertiga.

Anto yang sudah siap untuk melempari Kara dengan lumpur yang sudah di campur dengan telur busuk. "Gue udah siapin ini semua dari kemarin-kemarin dan akhirnya gue bisa juga lemparin ini ke lo" ucap lalu melempar lumpur itu ke arah Kara.

Apa yang di lakukan Anto di ikuti juga oleh kedua temannya. Mereka bertiga bersamaan melempar lumpur dan kerikil pada Kara. "Ini baru cocok buat lo, sampah" ucap Anto lalu melempar batu pada Kara.

Kara hanya diam ketika buat itu mengenai dahinya dan darah mengalir begitu saja. "Bos dia udah babak belur, mau lanjut apa sisain buat besok?" ucap Tian mengurungkan niatnya untuk melempar batu ke arah Kara.

"Gue gak mau tuh anak mati, nanti kita dapat masalah" sambungnya lagi.

"Benar juga, kalau dia mati kita mampus. Cabut lah" pungkas Anto lalu pergi meninggalkan gudang sekolah.

KARA Where stories live. Discover now