18 | Warna Baru

2K 426 8
                                    

"Nah, sekarang silakan warnai gambar yang kalian buat ya. Boleh pakai krayon atau pensil warna yang kalian bawa atau yang tersedia di sini ya."

Aku turut mengawasi anak-anak selagi mereka mulai sibuk mewarnai gambar mereka masing-masing. Terkadang juga turut menjawab pertanyaan anak-anak ketika mereka bertanya pendapat warna apa yang harus mereka berikan pada gambar yang telah mereka buat. Saat semua tengah sibuk sendiri, kulihat ada satu anak yang masih berdiam diri belum melakukan apapun. Aku pun lantas mendekatinya siapa tahu ia mungkin butuh bantuan.

"Azzam, kenapa belum diwarnai gambarnya, Sayang?" tanyaku padanya.

"Aku lupa bawa pensil warna, Miss," jawabnya.

Ah, karena itu rupanya. "Gak apa-apa, Sayang. Boleh pakai yang ada di sini kok bareng-bareng sama teman yang lainnya," ujarku lagi padanya.

"Iya, tapi warna yang aku mau pakai gak ada, Miss. Lagi dipakai sama yang lain," sahut Azzam.

Saat aku hendak menawarkan Azzam untuk mewarnai bagian lain dengan warna lain, sebuah kotak pensil warna yang diulurkan oleh tangan mungil membuat aku dan Azzam sama-sama menoleh.

"Pakai punyaku dulu aja," ujar pemilik pensil warna itu membuatku tersenyum bangganya sebab ia adalah putriku sendiri, Oca.

"Wah! Oca mau kasih pinjam Azzam ya? Terima kasih, Sayang," ujarku padanya dan Oca mengangguk. Aku pun kembali menoleh pada Azzam dan mempersilakannya untuk menggunakan pensil warna Oca bersama-sama.

"Aku pinjam ya, Oca," ujar Azzam pada Oca.

Saat putriku mengangguk memberi izin, Azzam tampak tersenyum sumringah. Entah ia senang karena akhirnya bisa mewarnai gambarnya dengan warna yang diinginkannya atau karena ini adalah pertama kalinya Oca berinisiatif untuk bicara dengannya. Apapun itu aku senang melihat keduanya mulai mengakrabkan diri. Aku kemudian meninggalkan keduanya dan kembali mengawasi anak-anak lainnya. Membiarkan Athala yang mengawasi mereka.

Waktu terasa berlalu dengan cepat ketika melakukan sesuatu yang menyenangkan. Mungkin itu yang dirasakan para anak-anak sebab kini waktu mereka untuk mewarnai telah selesai. Usai mengumpulkan gambar pada Coach Dahlia, mereka kemudian diminta kembali merapikan alat tulis yang mereka gunakan. Jika menggunakan alat tulis dari daycare, mereka pun diharuskan meletakannya kembali di tempat semula.

Anak-anak sibuk membereskan alat tulis termasuk pensil warna mereka. Selagi membantu anak yang lain, pandangan mataku melirik pada Oca juga Azzam. Kulihat Azzam yang membereskan semua pensil warna milik Oca, menyusunnya kembali ke dalam kotaknya. Namun, saat Azzam memberikan itu pada Oca juga mengucapkan terima kasih padanya karena telah memberikan pinjaman pada dirinya, Oca malah menolak untuk menerima kembali kotak pensil warnanya yang telah Azzam bereskan. Gadis kecilku itu malah meminta Azzam yang menyimpannya. Aku pun menguping dan menyimak percakapan diantara mereka.

"Taruh di tas kamu aja," ujar Oca.

"Kok ditaruh tas aku?" Azzam balik bertanya. Mungkin ia bingung kenapa Oca menyuruhnya demikian.

"Iya, buat kamu. Biar nanti gak cari-cari lagi," sahut Oca.

Melihat Azzam masih bingung, Athala yang mendampingi mereka pun membantu meluruskan maksud yang ingin Oca katakan. "Oca, kamu kasih pensil warnanya buat Azzam, Sayang?" tanyanya memastikan dan Oca pun mengangguk. Tersenyum, Athala mengusap lembut punggung Oca lalu mengalihkan pandangannya pada Azzam. "Azzam, Oca kasih pensil warna ini buat Azzam. Jadi sekarang itu punya Azzam. Simpan di tas kamu ya, Sayang, supaya nanti bisa digunakan lagi saat mewarnai," terangnya pada Azzam.

Mendengar itu kulihat Azzam langsung tersenyum senang. "Beneran, Miss?" tanyanya yang kemudian beralih menatap Oca. "Makasih ya, Oca! Nanti kalau menggambar lagi, kita warnai sama-sama ya!" serunya bersemangat sementara gadis kecilku itu tampak hanya mengangguk kecil.

Kelap-Kelip Dinar (sekuel Kepingan Dirham)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang