1 | Romansa Pagi

7.1K 1K 66
                                    

Aku mencoba membuka mata yang sebenarnya masih terasa sangat berat karena tak cukup tidur semalam. Begitu mataku terbuka, pemandangan pertama yang tertangkap oleh indera penglihatanku langsung membuatku menutup mata kembali. Tidak, ini bukan karena rasa kantuk yang tiba-tiba kembali menyergap. Rasa kantukku sudah sepenuhnya hilang dan berganti dengan rasa malu begitu melihat sosok yang masih terlelap di hadapan wajahku.

Setelah mencoba menenangkan irama jantung yang tak karuan, perlahan aku kembali membuka mata. Pandanganku sepenuhnya tertuju pada sosok seorang pria yang sejak kemarin siang sudah resmi secara hukum dan agama menjadi imam dalam hidupku, Mas Dirham.

Melihat wajah tampan Mas Dirham dari jarak yang sedekat ini, membuatku kembali mengingat kali pertama pertemuan kami. Parasnya yang rupawan memang telah memikatku sejak awal, namun sikap dan kepribadiannya lah yang pada akhirnya membuatku terikat padanya.

Aku tertawa tanpa suara. Lucu rasanya jika mengingat bagaimana dulu aku begitu senang karena memiliki tetangga yang tampan dan kini tetangga itu telah menjadi suamiku. Hari-hari yang mendebarkan karena melihat wajahnya setiap hari kini akan semakin bertambah karena aku akan tinggal serumah dengannya mulai sekarang. Ah, rasanya Tuhan benar-benar baik sekali padaku karena telah memberikanku keberuntungan seperti ini.

Setelah puas mengangumi ketampanan Mas Dirham dalam diam, dengan hati-hati kini aku mencoba mengangkat tangan Mas Dirham dari atas pinggangku. Aku berusaha membuat pergerakan seminim mungkin agar tidak membangunkannya yang masih beristirahat dalam tidurnya. Begitu aku berhasil memindahkan tangan Mas Dirham ke atas pinggulnya, ia malah menaruh lagi tangannya di atas pinggangku dan merengkuh tubuhku kembali dalam pelukannya. Tindakannya yang tiba-tiba itu sontak membuatku menahan napas karena terkejut.

Dia sudah bangun atau mengigau sih? batinku bertanya-tanya.

Mata Mas Dirham yang kemudian terbuka menjadi jawaban atas pertanyaanku. Pandangan matanya bertemu dengan mataku yang memang sejak tadi tengah menatap wajahnya. Ia melempar senyum dan mendekatkan wajahnya untuk mengecup dahiku singkat. "Pagi, Sayang," sapanya membuatku menggigit bibir menahan malu sekaligus senang.

"P-pagi, Mas," sapaku canggung. Ini adalah pagi pertama di hidupku terbangun dengan keadaan berada dalam pelukan seorang laki-laki.

Tangan Mas Dirham yang semula berada di pinggangku kemudian naik untuk membelai lembut rambutku. Ia menyisipkan helaian rambutku yang sedikit berantakan ke belakang telinga sebelum kemudian mengusap pipiku dengan ibu jarinya. "Masih sakit gak?" tanyanya pelan namun memberikan efek yang luar biasa besar dalam diriku.

"Aa... emm..." Aku sampai tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Pertanyaan itu sebenarnya sangat biasa, namun kejadian yang menjadi sebab pertanyaan itu terlontar lah yang luar biasa.

Aku menunduk menghindari tatapan matanya. Berusaha menyembunyikan rona merah di pipiku yang menghangat karena kembali mengingat keintiman kami semalam. "S-sedikit," jawabku kemudian pada akhirnya dengan suara yang sangat samar, namun kuyakin heningnya suasana dalam kamar ini pasti mampu membuat Mas Dirham mendengarnya.

Kurasakan tangan Mas Dirham kembali mengusap kepalaku. "Maaf ya," ujarnya membuatku mendongakkan kepala lagi untuk menatapnya.

"It's okay, Mas," sahutku.

Mas Dirham tersenyum kemudian mengecup singkat dahiku lagi sebelum kemudian merapatkan kembali dekapannya. Meski kami sudah merasakan kedekatan yang lebih dari ini semalam, aku masih tetap saja merasa canggung dan malu saat merasakan kulitnya bersentuhan langsung dengan kulitku.

"Ehm, Mas, aku mau ke kamar mandi dulu," ujarku, mencoba mencipta jarak sesaat darinya demi kesehatan jantungku.

Mendengar pernyataanku, Mas Dirham mengangguk lalu melepaskan pelukannya. Aku pun lantas bangkit dengan perlahan dan bergeser ke tepian ranjang. Sesaat sebelum aku berdiri, Mas Dirham tahu-tahu sudah lebih dulu ada di depanku. Tangan kekarnya terulur menyelinap ke balik punggung dan pahaku lalu mengangkat tubuhku tanpa aba-aba. Membuatku terkejut dan bingung karenanya.

Kelap-Kelip Dinar (sekuel Kepingan Dirham)Where stories live. Discover now