15 | Gemas

2K 449 24
                                    

Setelah doa bersama untuk menutup kegiatan hari ini, anak-anak dibebaskan berkegiatan sesuai keinginan mereka selagi menunggu wali mereka masing-masing datang menjemput. Ada yang memilih bermain di ruang bermain, ada juga yang berkegiatan di ruang belajar. Aku sendiri kini tengah duduk mengawasi anak-anak yang tengah asik menyusun lego di ruang belajar. Tak berjarak jauh dariku ada Athala yang mendampingi Oca membaca buku cerita anak.

"Din." Aku menoleh saat mendengar suara yang memanggil namaku. Suara itu berasal dari Athala yang datang menghampiriku.

"Kenapa, Tha?" tanyaku.

"Titip Oca ya, Din. Gue mau ke toilet bentar."

Aku mengangguk mengiyakan permintaan Athala. Setelahnya Athala mengajak Oca berpindah duduk di dekatku sebelum ia bergegas ke toilet.

"Baca apa, Sayang?" tanyaku pada Oca saat ia duduk di sebelahku. Oca menutup setengah buku yang tengah dipegangnya untuk menunjukkan judulnya padaku. Setelah mengetahui apa yang ia baca, aku pun mempersilakannya untuk melanjutkan kembali kegiatan membacanya selagi aku membagi fokusku untuk menemaninya sekaligus mengawasi anak-anak lain.

Di tengah kesibukan anak-anak lain, mataku menangkap seorang anak yang terlihat memandang ke arahku dari kejauhan. Namun, bukan aku yang tengah diperhatikan anak itu, melainkan Oca. Tersenyum, aku pun melambaikan tangan dan memanggilnya untuk mendekat. "Azzam, sini."

Awalnya Azzam tampak ragu, tapi kemudian ia pun berjalan menghampiriku. Begitu ia datang, aku mengajaknya untuk duduk bersamaku. "Azzam mau baca buku cerita juga, Sayang?" tanyaku padanya.

Azzam menggelengkan kepalanya. Yang menarik adalah ia terus menatap Oca─yang tengah tenggelam dalam buku bacaannya─ seolah ada sesuatu yang ingin dikatakannya. "Azzam mau main sama Oca?" tanyaku yang membuat Oca sontak mendongak. Mungkin terkejut karena namanya tiba-tiba kusebut. Oca menatapku heran kemudian mengalihkan pandangannya pada Azzam juga.

Saat Oca menatapnya, Azzam memberikan sesuatu pada Oca yang sejak tadi ia pegang dengan kedua tangannya. "Ini buat kamu. Kemarin aku kan bikin tempat pensil kamu kotor."

Oca menatap bergantian wajah Azzam juga benda di tangan Azzam. Ia tampak terkejut sekaligus bingung. Mungkin tak berekspektasi kalau Azzam sampai memberikannya tempat pensil baru hanya karena tak sengaja mencoret tempat pensil Oca kemarin.

"Maaf ya Oca, aku gak sengaja," ujar Azzam lagi.

Oca masih bergeming seolah tenggelam dalam pemikirannya sendiri sebelum kemudian ia akhirnya mengambil apa yang Azzam berikan padanya. Melihat itu, aku pun mengulurkan tanganku untuk merangkul keduanya.

"Jadi, Oca maafin Azzam ya?" tanyaku pada Oca. Gadis kecilku itu mendongak menatapku sebelum kemudian mengangguk kecil. Saat aku hendak memintanya mengucapkan terima kasih pada Azzam, Athala kembali dari toilet dan menghampiri kami. Melihat kedatangan Athala, Oca lantas mengajak Athala pergi dengan dalih ingin mengganti buku bacaannya dengan yang lain. Sebagai orang yang mulai memahami karakter Oca, di mataku terlihat sekali kalau putriku itu merasa canggung untuk bicara dengan Azzam. Mungkin ia merasa malu-malu berinteraksi dengan lawan jenis karena kebanyakan teman Oca yang seumuran dan kerap berinteraksi dengannya di sini adalah anak-anak perempuan.

"Azzam, terima kasih ya hadiahnya untuk Oca." Aku mewakilkan putriku untuk berterima kasih pada Azzam.

"Tapi Oca masih marah sama aku ya, Miss? Kok dia langsung pergi gitu?" tanyanya.

Aku tersenyum dan menggeleng sebagai jawaban untuk pertanyaannya. "Oca gak marah kok, Sayang. Oca itu cuma sedikit pemalu kalau sama orang yang belum lama dikenalnya. Nanti kalau Azzam sama Oca sering main, kalian pasti jadi akrab," tuturku.

Kelap-Kelip Dinar (sekuel Kepingan Dirham)Where stories live. Discover now