5: The Boy Who Would Be Princess

3.3K 443 80
                                    

Zio

Sebentar lagi akan diadakan pertunjukan bakat dari sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebentar lagi akan diadakan pertunjukan bakat dari sekolah. Murid-murid diwajibkan untuk menampilkan bakat masing-masing yang sesuai dengan minat dan diri mereka. Murid yang menjadi pemenang akan langsung mendapatkan nilai sempurna dalam pelajaran seni sekaligus membawa pulang uang beasiswa dan piala segede dosa yang kece banget kalau dipajang di lemari kaca.

Enggak ada kriteria wajib yang harus diikuti, murid-murid dibebaskan untuk menyanyi, menari, memainkan alat musik, membaca puisi, pantun, menampilkan drama singkat, bahkan yang super standar kaya membacakan speech juga boleh. Yang penting tidak melebihi batas durasi dan masih bisa ditampilkan di atas panggung.

Ala memilih untuk memamerkan kemampuan bermain klarinetnya. Sebenarnya, dengan nilai sempurna yang sudah ia miliki, jaminan mendapatkan nilai A dalam pelajaran seni mah cuma upil buat dia. Tapi, namanya juga Shangrila. Dia paling enggak bisa dikasih tantangan. Lomba sekonyol apapun pasti akan diikuti asalkan hal itu bisa membuktikan pada semua orang kalau dia lah yang  terbaik.

Yang gue khawatirkan di sini adalah Shailendra Jr. Ien. Gue enggak tahu deh anak itu ingin menampilkan apa. Menebak-nebaknya aja gue enggak berani. Karena apapun yang akan ia tampilkan, pasti sukses bikin jantung gue berhenti detik itu juga.

Sebelum kalian bingung, biarkan gue menceritakan sedikit tentang anak bungsu gue.

Shailendra Jr.

Shaien.

Ien.

Dia..... berbeda.

Dia berbeda dari kebanyakan anak laki-laki yang biasa lo temui. Dia enggak pernah merengek minta dibelikan mobil-mobilan atau rusuh karena main gundam. Dia enggak pernah pulang dengan penampilan super dekil karena habis main bola atau babak belur karena berantem sama anak tetangga. Bukannya berantem, dia malah membalas orang-orang yang menjahilinya dengan melontarkan komentar penuh sarkas yang membuat lawan-lawannya mengadu pada ibunya masing-masing. Persis seperti Regina George.

Persis seperti..... gue.

Tapi, setidaknya, gue enggak pernah nangis-nangis karena minta dibelikan alat merajut dan diajarkan menyulam. Gue enggak pernah mengumpulkan uang untuk membeli manik-manik dan menyulapnya menjadi gelang dan anting warna-warni. Gue enggak pernah mengulang-mengulang video klip Beyonce atau Britney Spears supaya hafal dengan gerakannya dan dengan pedenya menampilkannya di acara keluarga. Gue juga enggak pernah meminta izin untuk mendaftar ekskul cheerleaders atau tari saman.

Anak laki-laki gue berbeda.

Dan hal itu bikin gue.... takut.

"Aku udah tahu mau nampilin apa di pertunjukan bakat nanti, Pa, Ma." Selepas makan malam, Ien mengajak kami sekeluarga untuk menyaksikan penampilan yang akan ia tampilkan di pertunjukan bakat. Demi fetucchini carbonara super enak buatan Flo yang tadi gue makan, jangan nunjukin yang aneh-aneh, Nak, "Tapi karena penampilanku ini keren banget, pakai baju biasa aja tuh enggak cocok. Aku bahkan udah bikin kostum sendiri loh!"

The Name of the FamilyWhere stories live. Discover now