3: Dunia Merestu

4K 520 50
                                    




Flo

I'm so proud of who you are
The man you've become
Thrilled to share your deepest joy
To know you've found the one
For the great things you will do
I'll be blessed cause you're my son
But I'll always see the boy
In the man you've become

-The Man You've Become (A Mother to Her Son) , Molly Pasutti

Seakrab-akrabnya menantu dan mertua, pasti akan tetap ada drama di antara mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seakrab-akrabnya menantu dan mertua, pasti akan tetap ada drama di antara mereka. Gue enggak berharap hubungan gue dan mertua gue akan semulus piring yang habis dicuci pakai Sunlight, tapi enggak seburuk ini juga kali.

Waktu masih awal-awal pacaran sama Zio, bunda baik banget sama gue. Wanita itu bahkan melarang gue memanggilnya dengan 'Tante Moira' dan langsung memanggilnya dengan bunda saja. Ia menyambut gue dengan ramah, dan selalu membuatkan cookies cokelat dengan topping marshmallow yang banyak setiap kali berkunjung ke rumahnya. Beliau juga pernah menunjukan isi album keluarga, dan menceritakan sejarah dibalik foto-foto masa kecil Zio.

"Bunda senang setiap kali kamu main ke rumah, Flo." kata bunda sambil mengelus rambut gue, "Rumah jadi terasa lebih hangat kalau ada anak perempuan. Walau Zio bawelnya melebihi dua perempuan digabung jadi satu sih."

Waktu itu gue hanya tersenyum sambil diam-diam bersyukur. Senang karena kehadiran gue diterima oleh sosok yang paling penting untuk Zio.

Kami pernah menjadi dua perempuan yang akrab, sampai bunda tiba-tiba berubah, dan melihat gue sebagai musuh yang harus dimusnahkan.

Semua berawal setelah Zio melamar gue di super market. Cowok itu membawa gue ke rumahnya, dan mengatakan kalau gue dan dirinya sudah bertunangan. Papanya Zio senang banget. Beliau langsung memeluk kami berdua dan berkata kalau ia tidak sabar untuk kedatangan anggota keluarga baru. Tapi begitu melihat mata bunda, gue tahu ia tidak merasa senang. Malah, beliau terlihat seperti baru saja melihat bencana alam terjadi tepat di depan matanya dan enggak bisa melakukan apa-apa.

Bunda mungkin bisa memamerkan senyum lebar saat memeluk Zio, tapi saat ia menyalami gue, -iya. Kami hanya bersalaman. Beliau bahkan ogah memeluk gue juga, dan menguatkan pegangan tangan kami sampai telapak tangan gue terasa sakit, gue tahu kalau hubungan akrab kami sudah berakhir.

Bunda mengkritik pesta pernikahan kami habis-habisan. Ia enggak setuju dengan ide gue yang ingin pernikahan ini dirayakan dengan pesta kecil-kecilan yang sederhana.

"Pernikahan itu kan seumur hidup sekali. Apa susahnya sih merayakannya dengan lebih niat sedikit? Walaupun yang menikah ini kamu, pesta ini bukan hanya milik kamu. Pesta pernikahan itu juga pestanya orang tua. Jangan egois dong!" Lalu waktu gue sarankan memindahkan venue ke tempat lebih besar, beliau malah ngomel, "Duuuuh, ngapain sih pilih tempat sebesar ini? Kita kan enggak ngundang banyak tamu. Yang ada pesta pernikahan ini akan kelihatan sepi. Kasian Zio."

The Name of the FamilyWhere stories live. Discover now