Dia

365 100 18
                                    

Joy

Seno jalan perlahan dengan 1 nampan penuh makanan. Gue hanya memperhatikannya dari jauh, seakan baru sadar cowok yang baru gue kenal ini ternyata bisa dikatakan, tampan.

Entah kenapa pergerakan Seno seakan slow motion dimata gue. Wajahnya terkena bias cahaya matahari yang masuk melalui jendela dekat meja kita, dalam hati gue bersyukur masih dibiarkan menikmati salah satu keindahan Tuhan disaat-saat sedih seperti ini.

"Lo udah laper banget ya, Joy?" Seno duduk di depan gue sambil tertawa kecil.

Hah?

Gue cuma mengernyitkan dahi. "Muka lo tuh! Haha" Seno makin ketawa.

"Apa sih? Muka gue kenapa emang?" gue mengambil handphone ditas, mengecek apakah ada yang aneh dengan wajah gue. Ternyata aman kok, meskipun gue hanya pakai sunblock, bedak, dan liptint wajah gue masih bisa dikatakan oke kok. Ya cuma mata bengkak ini aja yang bikin muka gue ancur.

"Dari gue dikasir sampe sini lo tuh ngeliatin gue mupeng tau gak?!" cowok itu tertawa lagi tapi lebih lepas sampai-sampai matanya tertutup.

"Rese lo!" gue meletakkan hp gue dengan kasar, Seno cuma menangapi dengan tawa lagi.

"Lagian lo ngeliatin gue terus sih, terpesona ya?" Cowok ini bicara dengan nada bercanda, dia gak tau aja tadi gue emang bener lagi terpesona sama dia. Lagian jadi cowok ganteng banget sih kan gue jadi salah fokus ke lo Sen.

Seno memberikan piring kertas berisi nasi, satu dada spicy Mcd dan satu gelas sprite. Lagi-lagi perlakuan kecilnya ini membuat gue tersenyum. Karena kalau makan ayam, bagian kesukaan gue memang dada. Aduh emang kalau orang habis patah hati itu hatinya lemah banget, gak bisa dikit aja dikasih perhatian cowok lain.

"Lo emang gak suka dada?" tanya gue.

"Suka banget!" cowok ini ngomong sambil naik turunkan alisnya. Kemudian kita sama-sama ketawa, paham maksud candaanya.

"Emang ya cowok dimana-mana sama," kepala gue mengeleng, kemudian kita mulai menyantap makanan masing-masing.

Sambil makan, Seno tetap aktif mengajak gue ngobrol. Gue paling seneng kalau pergi sama orang yang kaya Seno gini, karena gue gak perlu aktif bicara cuma perlu menanggapi setiap omongan dia aja, kadang cuma jadi pendengar aja. Ternyata Seno gak dateng sendiri, dia mengatar Mama dan Sepupunya belanja. Katanya sepupunya itu sedikit nyebelin, jadi Seno lebih milih kabur ke cgv buat nonton dari pada mengikuti Mama dan sepupunya muterin hypermart. Ajaib banget sih cowok ini.

"Trus lo ngilang lama gini gak dicariin apa?" gue menyuap kentang goreng. Selesai makan nasi dan ayam, Seno memesan kentang goreng dan dua ice cream sundae.  Cowok itu kemudian mengecek hpnya.

"Dicariin nih," Seno menunjukan chatnya dengan sepupunya, dan gue jadi tau kalau namanya ternyata Tasha. Cowok itu mensave nama sepupunya dengan tambahan emoji devil disamping namanya. Jahil banget.

"Oh, mereka lagi di h&m," lanjutnya. Kemudian bukannya makan kentang goreng dengan saus, cowok itu lebih milih menyocolnya ke ice cream sundaenya.

"Lo ngapain Sen!" cowok itu masih santai dengan kegiatannya.

"Lo harus cobain Joy," Seno mengoda gue dengan memakan kentang gorengnya lahap.

"Sebagai anak muda kita harusnya bisa menciptakan hal-hal baru. Makan kentang goreng pake saus itu udah old style banget, ini nih baru inovasi. Bayangin deh kentang goreng yang agak anget dan renyah ini ketemu sm ice cream yang manis dan dingin, rasanya tuh kaya orang pacaran dimana ceweknya bawel banget dan cowoknya pendiem dimana orang-orang akan bilang kalau mereka cocok karena bisa saling melengkapi."

Deep WellsWhere stories live. Discover now