Movie

389 103 17
                                    

Seno

Gue berjalan menuju loker tiket di cgv. Memutuskan untuk menonton satu film daripada mengikuti nyokap dan kakak sepupu gue berbelanja di hypermart. Sejujurnya berbelanja bukan hal yang membosankan tapi karena kakak sepupu gue, Tasha ikut kali ini, gue lebih milih duduk satu setengah jam di kursi bioskop daripada harus nemenin dia muterin konter-konter makeup yang ada di hypermart dan berusaha mencoba salah satu makeup atau lipstick ke tangan gue dengan alasan dua tangannya yang sudah penuh dengan berbagai series warna lipstick.

Kebetulan loket tiket sedang sepi cuma ada satu cewek yang sedang memesan tiket di sebelah kiri, jadi gue memutuskan ambil antrian di kanan yang kosong.

Sebelum sampai bioskop gue udah searching jadwal tayang dan jam nya jadi gak perlu lama-lama berdiri disini, "Mbak The Nun ya, yang jam 13.10."

Gue merogok dompet dan mengeluarkan uang seratus ribuan.

"Kursinya tinggal yang di depan layar mas, sama sepasang di sweet box. Mau pilih yang mana?"

Waduh gila aja gue nonton film horor di kursi paling depan, udah gitu SENDIRI lagi! Gila gue gak mau. Duduk di kursi depan layar akan gak nyaman karena kepala lo harus dangak sepanjang film, dan gue gak mau sakit leher setelah keluar dari bisokop ini. Gue masih harus nyetirin dua cewek pulang kerumah.

"Saya pesen yang di sweet box bisa gak mbak?" itu bukan gue. Melainkan cewek disebelah gue yang dari tadi memesan tiket sebelum gue dan belom selesai juga sampai sekarang.

Cewek itu pakai sweater putih, topi nelayan warna kuning yang mana gue gatau nama topi itu apa, celana jeans, dan totebag hitam. Style anak indie banget. Agak heran juga ngapain pakai topi model gitu didalam ruangan.

"Bisa kak tapi harus pesan sepasang kursi. Kakak nya sendiri aja?" petugas yang melayani cewek itu bertanya.

"Sendiri." jawab cewek itu dengan murung. Gue menyimak sambil memerhatikan lewat ekor mata.

"Kalau yang jam 15.25 masih banyak yang kosong kak. Kalau yang sekarang tinggal di depan layar dan satu sweet box saja."

Eh kok sama kayak gue, apa jangan-jangan cewek ini juga mau nonton The Nun? Apa gue coba tawarin dia untuk sama-sama pesen kursi di sweetbox ya? Dari pada nonton di kursi depan layar, kan lebih nyaman di sweet box. Tapi cewek ini mau gak ya, kenal gue aja enggak, yang ada gue bisa dikira cowok modus lagi. Tapi gue gak ada pilihan lain dan film nya juga udah mau mulai 5 menit lagi.

"Misi, lo mau nonton The Nun juga?" gue mencoba bersua, gatau dapat keberanian dari mana. Cewek itu menengok dan memerhatikan gue sesaat.

"Eh sorry, gue denger tadi lo mau nonton The Nun dan pilih kursi sweet box, tapi gak bisa ya?" gue bertanya lagi karna cewek itu cuma menangapi gue dengan anggukan.

"Seno ya?" Heh cewek ini kok kenal gue ya.

"Iyaa.. Hmm. Siapa ya?" gue perhatiin cewek itu lagi, siapa ya kok gue gak tau namanya. Aduh mampus, gue paling gak enak kalau ada yang kenal gue dan gue gak tau namanya atau paling parah dia siapa.

"Oh iya lo pasti gak kenal gue," cewek itu mengulurkan tanganya yang langsung gue sambut. "Gue Joy, kita satu kampus..."

Cewek itu atau mulai sekarang gue bisa panggil dia joy menggantungkan kalimatnya, mencoba memberi gue waktu untuk mengingat.

"Okay gapapa lo pasti lupa karna kemarin kita cuma papasan sebentar tapi gue tau lo. Inget gk pas kertas pendaftaran toiec lo jatoh?" cewek itu bertanya dengan nada yang misterius, yang membuat gue harus berusaha mengingat siapa dia. Sebentar cewek ini familiar sih...

Deep WellsWhere stories live. Discover now