Dua Puluh Satu : Elegi Patah Hati

1.5K 306 124
                                    


Ada begitu banyak hal di dunia ini yang datang tanpa duga. Seperti pertemuan yang tidak di sengaja, bahkan sebuah rasa yang tumbuh tanpa di minta.

Seperti cinta.

Dia selalu datang tanpa rencana, tidak bisa memilih kepada siapa jatuhnya, kapan dan kenapa dia? Lalu berhenti secara tiba-tiba.

Terkadang hal klise ini mungkin sudah banyak di dengar. Bahwa pertanyaan 'kenapa' dalam cinta, tidak semua memiliki jawaban nya, dan gue benci mempertanyakan sesuatu yang nggak bisa terjawab.

Chanyeol : kamu dimana?

Itu adalah pesan ke lima belas yang gue terima dengan bunyi yang sama, tapi gue hanya membacanya tanpa ada niat untuk membalasnya. Kemudian mematikan layar ponsel gue dan meletakkan di atas meja dengan posisi terbalik.

"Gi!"

Gue menoleh pada Ji Ae yang barusan melambai menyita agensi gue .

"Dapet line dari siapa sih? Sibuk banget bolak-balik liatin hape sampai nyuekin gue yang di depan lo ini?"

Gue menggeleng sambil tertawa kecil. "Cuma iseng doang. Kali aja ada cogan yang ngeLine gue gitu, itung-itung modal move on." ucap gue yang seketika di hadiahi muka jijik Ji Ae, gue semakin terbahak.

Setelah selesai keliling menikmati udara sore di taman deket sungai Han sore tadi, gue sama Ji Ae memutuskan untuk mampir ke Mix&Malt di daerah Jongno. Bar yang lumayan terkenal buat sekedar nongkrong sambil minum whisky,  atau menu makan malam lainnya ala western. Sebenernya sih bukan gaya hidup gue nongkrong di tempat kayak gini, cuma nggak tau aja Ji Ae lagi kesambet setan mana. Dia bilang pengen traktir gue disini.

"Ji, menurut lo salah nggak si kalau gue baper sama orang yang udah baik sama gue?"

Ji Ae mendongak, "nggak juga. Lagian lo tau sendiri yang namanya hati itu rapuh mudah jatuh. Di baikin dikit, jadi salah paham."

Gue manggut mengerti.

"Tapi kalo bapernya sama tunangan orang? Padahal dia udah tau sejak awal?"

"Jelas salah dong. Harusnya kan bisa menahan diri, dia punya alasan untuk membangun tameng pembatas agar hati dia tahu tempat."

Gue menelan susah ludah gue. Bener kan? Gue emang salah baper sama Chanyeol, harusnya gue bisa menahan diri untuk menatap laki-laki itu sebatas bos gue yang sangat baik hati.

"Emang lo baper sama siapa? Udah move on beneran sama Sehun?"

Gue tersedak minuman yang baru saja gue tenggak. "Siapa yang baper ih. Kan gue cuma nanya."

Ji Ae mencibir. "Ya biasanya kan lo nanya sesuatu yang udah kejadian sama diri lo."

Gue kembali fokus pada makanan yang tadi gue pesan, mengabaikan ucapan Ji Ae dan mencoba menanyakan tentang diri Ji Ae untuk mengalihkan pembicaraan, dan hasilnya selama satu jam berikutnya gue mendengarkan curhatan Ji Ae tentang gebetan dia yang bejibun kek biji matahari.

Tapi setidaknya itu lebih baik daripada membahas Chanyeol dan perasaan gue yang salah.

Disela sesi curhat Ji Ae ponsel gue kembali bergetar, ketika gue membuka nya. Gue mendapatkan satu pedan dari satu orang itu, yang sukses bikin gue mengernyit keras.

Chanyeol : saya di depan bar. Keluar sekarang atau saya masuk nusul kamu?

Chanyeol di depan bar? Gimana bisa tahu?

Gue memutuskan mengabaikan dia lagi. Menutup layar ponsel gue dan kembali ngobrol sama Ji Ae ketika dentingan pondel gue berbunyi berkali-kali.

Naked Soul (Chanseul)Where stories live. Discover now