Tiga Belas : Anthology

1.3K 298 29
                                    

"Ya ampun, Gi. Ini pasti berat banget buat lo ya? Kasihan banget sih."

Gue mendesah dalam pelukan Ji Ae sejak dua menit yang lalu,tepat ketika gue baru menginjakkan kaki gue disini. Gue yakin cewek ini sudah mendengarkan semuanya dari Jeni. Di belakang gue Jeni mengusap punggung gue, menenangkan gue meskipun gue udah baik-baik aja, setidaknya lebih baik daripada pagi ini. "Gue nggak papa kok, Ji."

"Keadaan bokap lo gimana?" tanya Jeni.

Kita masing-masing mendudukkan diri. Gue sama Jeni di kursi kita dan seperti biasa Ji Ae menarik kursi milik Dean di belakang gue buat dia dudukin.

"Udah stabil, mbak."

"Terus pernikahan lo, nggak jadi batal?"

"Nggak tau Ji. Gue nggak tau gimana keputusan akhirnya, tapi gue harap gue nggak akan berakhir dengan cowok itu."

Ji Ae menggenggam tangan gue sambil mengusapnya pelan. Tatapan penuh simpati yang dia berikan membuat gue merasa lebih baik. Meskipun jauh di dalam benak gue, hati ini masih sakit. Masih ingin menangis untuk meluapkan segalanya.

Dan Jeni, dia yang paling ngerti gue cuma bisa mendesah. Dia tahu gue rapuh dan butuh tempat bersandar untuk menangis.

Sementara Mama masih marah sama gue, dia nggak mau mengangkat telfon gue sedetikpun. Gue mengetahui kabar papa dari Si Ho yang sejak pagi tadi nemenin gue.

Hari ini pun gue berangkat bareng Siho yang setelah nganterin gue langsung melaju menuju rumah sakit. Jiwoo yang awalnya lagi ada acara sama anak-anak komunitas nya di Gwangju langsung pulang begitu denger kabar papa, bang Jay sama mbak Uwa juga langsung nyari penerbangan dari Jeju.

Kabar ini bikin satu keluarga genting, dan gue jatuh terpuruk dalam rasa bersalah gue.

Waktu berlalu, jam istirahat gue bukan pergi ke kafetaria kantor. Gue memilih untuk pergi ke atap, gue butuh sendiri.

Ji Ae sempat menanyakan, tapi Jeni menahannya dan membiarkan gue melangkah berlainan arah sendiri. Dia yang jelas ngerti apa yang ingin gue lakukan.

Dengan pelan gue membuka pintu besi itu dan melewatinya, hari ini cuacanya cerah dengan angin yang cukup kencang. Gue mengambil langkah ke tempat favorit gue, di salah satu ujung atap gedung yang teduh. Gue bisa mendudukkan diri disini sambil menatap langit kota, dalam diam tanpa kata.

Gue suka saat dimana gue bisa menyendiri dengan segala hal yang ada di otak gue ini.

"Nggak Ra, semalem gue lagi di wc waktu denger Kana nangis kenceng banget."

Gue menegakkan tubuh gue seketika mendengar sebuah suara bariton. Disini ada orang?

Dengan cepat gue berdiri, hendak melangkah untuk pergi ketika suara itu kembali terdengar dan gue cukup familiar.

"Iya udah baikan, gue minta Bunda buat nemenin Kana. Iya sori juga udah lalai jagain anak lo."

Naked Soul (Chanseul)Where stories live. Discover now