Tujuh Belas : Menyerah

1.3K 332 84
                                    

Gue tahu ada banyak hal yang nggak gue ketahui tentang diri gue sendiri. Terkadang gue bahkan nggak mengenal seperti apa hati yang gue miliki. Meskipun bertahun tahun gue mencoba memahami, gue sadar logika yang gue punya nggak pernah sejalan dengan naluri yang gue minta.

Mengenal Chanyeol dalam waktu singkat, membuat gue merasa berbeda dan istimewa meskipun dia nggak mencoba membuatnya begitu. Tapi ketika gue melihat seberapa banyak hal yang dia lakukan untuk gue, tanpa sadar gue semakin terjatuh dalam pesona dirinya. Salah memang, tapi gue nggak bisa mencegah hati gue untuk terus tersenyum melihat tawanya.

Ketika gue mulai menganggap dirinya sebagai sosok yang lebih sempurna, gue mulai takut.

"Om, kita makan dulu ya? Kana udah laper!"

Gue melirik pada gadis kecil dalam gandengan tangan Chanyeol. Laki-laki itu menunduk dan tersenyum, mengacak pelan surai tipis milik Kana sembari menjawab ya sebagai jawabannya.

Gadis kecil berusia 7 tahun itu bersorak bahagia. Gue yang berjalan di belakang ikut tersenyum. Gila ya, gue berharap apa yang gue lihat ini adalah masa depan gue? Pemandangan yang bener-bener bikin gue terharu, ketika melihat interaksi paman dan ponakan ini.

"Tante jalannya yang cepet dong! Kana udah laper nih!" lengkingan suara Kana yang mulai terdengar merajuk itu kembali meraih atensi gue untuk mereka. Tanpa sadar ternyata langkah gue terlalu pendek sampai tertinggal jauh.

Chanyeol tersenyum membuat gue nggak bisa untuk menahan tawa kecil gue sambil melangkah cepat. "Nih udah sama lagi." kata gue yang hanya dibalas dengan endikan bahu sebal.

Melangkah masuk ke dalam taman hiburan, dan tujuan pertama. Makan siang.

***

"Tante."

Gue menoleh pada Kana yang menarik ujung baju gue. "Iya?"

"Tante sama om pacaran bukan?"

Gue mengerjap cepat ketika bocah tujuh tahun ini menanyakan hal yang sama sekali nggak gue duga. 2 jam berlalu sejak pertemuan pertama gue dengan Kana, gue nggak ngerti kenapa harus disaat seperti ini gadis kecil ini menanyakannya.

"Bukan kok." jawab gue lirih, tersenyum kecil membelai surai Kana sambil mencari eksistensi Chanyeol yang entah menghilang kemana.

Kana kembali menarik ujung baju gue. "Terus kenapa tante yang di ajakin, om? Padahal kan Kana minta pergi bareng om sama pacarnya om Chanyeol."

Kali ini gue nggak bisa menjawab. Gue semakin gelisah untuk alasan yang nggak gue ketahui. Sederhananya gue bisa saja langsung menjawab 'tante nggak tahu. ' tapi hati gue merasa berat dan lidah gue kelu. "Nanti Kana tanya aja sama, om Chanyeol, ya?"

Mendengar jawaban gue, Kana memberengut. "Nggak mau, ah. Om itu galak kalo ditanyain pacar, kata mama udah tunangan tapi Kana nggak pernah lihat! Kan penasaran pengen ketemu tantenya Kana."

Gue tertawa miris dalam hati. Tante nya Kana ya? "Emangnya om Chanyeol nggak pernah cerita sama Kana?"

Dia menggeleng, "om itu baik. Tapi kalo udah ditanyain tentang pacar suka ngambek sendiri. Aneh kan? Giliran nenek yang nanya nggak pernah marah. Makanya Kana takut nanya."

Dengan pelan gue membelai surai gadis ini sambil tersenyum kecil. Satu hal baru yang bikin gue penasaran akan sosok Chanyeol, membuat gue untuk kesekian kali kembali bertanya. Apa alasan dari semua yang dia lakukan ini? Gue nggak ngerti.

***

"Terima kasih, Seulgi."

Gue mengangguk sambil melepaskan seatbelt dari tubuh gue. "Sama-sama." jawab gue berbisik.

Naked Soul (Chanseul)Where stories live. Discover now