Delapan : Earned It

1.4K 303 39
                                    

Untuk satu alasan yang nggak gue ketahui. Lidah gue terasa kelu, bahkan hati gue seperti enggan untuk menjawab pertanyaan itu.

"Gi?"

Gue tersentak, menoleh cepat ke arahnya.

"Sudah punya pacar?" tanya Chanyeol lagi.

Ketawa adalah satu-satunya jawaban yang mampu gue berikan secara spontan. Nggak tau apa yang laki-laki ini tangkep dari tawa gue ini, tapi Chanyeol tersenyum.

***

"Di anterin siapa lo?" gue tersentak saat suara itu terdengar tiba-tiba tepat setelah Chanyeol dan mobilnya pergi.

Gue nggak tau sejak kapan makhluk gosong paling rese itu berdiri di belakang gue. Dengan kaos polo dan celana selutut, menatap gue dengan sebelah alis terangkat.

"Kaget kambing!"

Bentak gue setelah berbalik sepenuhnya menghadap Jongin dan menatap cowok jangkung itu kesal.

"Eh bacot lu alus bener" sarkasnya. Gue mencibir, berjalan melewati dia sambil nyenggol bahunya sengaja.

"Kalo gue kambing lo sepupunya kambing, jadi artinya lo juga kambing." ucapnya yang sekarang udah jalan di samping gue. Gue nggak menggubrisnya, cuma diemin dia sambil sesekali menggerundel agak keras. Sesampainya di serambi rumah dia tiba-tiba mencekal bahu gue membuat gue berhenti.

"Apa sih!" sentak gue menepis tangannya.

Tatapan dia tertuju ke jidat gue yang masih di perban bekas jahitan kemarin. "Eh jidat lu kenapa?" dia menyampirkan beberapa helai rambut gue yang menutupi perban.

Dan seketika gue tersadar, "bukan apa-apa, lecet dikit doang." jawab gue cepat.

Tapi Jongin enggak percaya, terlebih lagi waktu dia lihat luka lain di kaki sama tangan gur. "Lo habis jatoh ya? Ngaku lo! Pantesan lo kesini nggak pake motor. Wah, gue bilangin mama nih."

Gue mendelik. "Jangan bego!" sambil memukulkan tas gue ke tubuhnya.

Dia mengaduh kesakitan sambil secepat kilat berlari ke dalam rumah, berteriak mengadu pada semua orang kalo gue habis kecelakaan. Emang kambing dia, gue kan bisa ngomong sendiri nanti!

Gue yang belum mampu berlari nyusul dia ini pun cuma bisa mendesah pasrah. Dasar anak monyet, kalo dia sadar gue habis jatoh harusnya bantuin gue dulu gitu kek baru ngomong sama orang-orang.

Sesampainya di dalem gue di sambut dengan wajah-wajah panik dari penghuni rumah. Terutama mama yang bener-bener spechlees ngeliat keadaan gue. Padahal kan nggak parah, tapi mama langsung meluk gue sambil nangis.

Yang nangis mama doang, lainnya cuma mandang gue khawatir sambil tanya apa gue baik-baik aja? Dan gue dengan sekuat tenaga meyakinkan mereka bahwa luka di tubuh gue ini luka ringan doang. Nggak seberapa.

"Tega-teganya kamu nggak ngasih tau mama! Kalo kamu kenapa-napa siapa yang harus disalahin coba!" hardikan mama cuma gue bales dengan ringisan kecil.

Ya nggak harus nyalahin siapapun lah. Lagian gue kan nggak mau bikin mereka semua khawatir. Gue juga nggak papa, gue baik-baik aja.

"Bilang sama mama kenapa bisa kejadian kayak gini? Siapa yang udah nabrak kamu?!" Mama langsung mengintrogasi gue begitu kita duduk di ruang keluarga.

"Ya gitu deh Ma. Kejadiannya itu waktu Egi pulang kerja." jawab gue yang di hadiahi cubitan di lengan sama Mama.

"Kronologisnya, Seulgi! Bukan ya gitu deh doang!"

Gue mendesah. Gue nggak pengen cerita, bener deh. Gue sendiri kayak inget nggak inget gitu gimana ceritanya. Akhirnya gue cerita sama Mama, tapi nggak nyebutin soal Chanyeol lah orang yang nabrak gue dari belakang.

Naked Soul (Chanseul)Where stories live. Discover now