03. mendadak geng

15.6K 3.7K 1.4K
                                    

"Jenan, Hasan, Ryu, Gue."

Di depan empat mangkuk kotor bekas makan mie rebus, si gadis yang lupa pada namanya sendiri menyebutkan ulang nama orang-orang yang pertama ia temui di tahun 2020. Mereka baru saja memperkenalkan diri. Di tengah ruangan sebuah rumah yang banyak benda aneh menurut seseorang yang biasa hidup di tahun 1900. Tapi dia diam saja, tidak menunjukkan ketakjubannya.

"Ish, maksudnya nama gue Mahendra, bukan Gue," koreksi Mahe.

"Tapi dari tadi kamu menyebut diri kamu Gue, jadi nama kamu pasti Gue kan?" sahut si gadis.

"Bukan gitu astagaㅡ terserah deh," kata Mahendra.

"HAHAHAHAHAHA lucu juga ini cewek," tawa Hasan meledak. "Tapi berarti yang jelas dia bukan dari Jakarta kayak kalian. Soalnya 'gue' aja nggak tau."

"Tumben otak maneh dipake mikir, biasanya cuma aksesoris," cibir Ryu pada kakaknya.

"Biarin otak aksesoris yang penting ganteng," Hasan menyahut sambil cengengesan merapikan jambul.

Cuma Jenan yang dari tadi mengamati. "Jadi kamu beneran nggak inget nama atau asal kamu dari mana?" dia akhirnya buka suara.

Si gadis menatap keempat manusia di hadapannya. Sebenarnya dia ingat semuanya, kecuali nama dirinya sendiri. Tapi mana mungkin anak-anak ini percaya kalau dia bilang yang sejujurnya? Bahwa dia datang dari tahun 1900 lewat lubang di pohon beringin?

"Tidak," dia menggeleng dengan kepala tertunduk.

Pundak Jenan langsung lemas. Dia mengeluh sambil mengacak rambutnya. "Mampus. Terus gimana nih? Gimana mau tanya rumahnya kalo dia sendiri nggak tau?"

"Sebentarㅡ kalo nama sendiri aja nggak inget, terus kita panggil kamu apa atuh?" tanya Ryu pada gadis yang meminjam kaos band Coldplay miliknya.

"Saya tidak tahu," jawabnya karena bingung harus bilang apa.

"Ya udah, kita namain aja dia. Jangan pada kayak orang susah dong ah," usul Mahe.

"Asal aja namain namain, udah kayak nemu kucing di jalan," Jenan menanggapi.

"Daripada nggak ada namanya??"

"Nah, bener, udah aja namain teteh Bonsai, kan lupa namanya gara-gara kejatohan bonsai?" Hasan menepukkan tangannya.

"Eeeh jangan, bagusan teteh Mister Bean soalnya nggak tau asalnya dari mana tau-tau jatoh di halaman kayak di pilem mister Bean kan tau nggak sih??" Ryu ikut usul.

"Woee apaan jelek amat, bagusan dinamain Rossa, soalnya muncul waktu gue lagi nonton FTV pelakor!" Mahendra tak mau kalah.

"Naon sih? Bagusan Mister Bean lebih internasional gitu namanya?!

"Nggak cocok lah masa cewek namanya Mister Bean? Udah paling cocok Bonsai!"

"Apalagi bonsai kan nama taneman bego!"

"Ya udah biar adil Mister Bean Rossa Bonsai aja, gimana??"

Jenan geleng-geleng melihat kelakuan adiknya vs dua tetangga mereka. Bukannya memikirkan hal yang penting, malah mendebatkan nama. Sementara gadis yang dibicarakan bengong menonton perdebatan di depannya. Sebagian ada kata-kata yang tidak ia mengerti.

"Kalian tuh kenapa sih," ujar Jenan di antara kericuhan. "Yang bener aja, emang ada orang yang mau dinamain Bonsai Mister Rossa?"

"Mister Bean Rossa Bonsai, a Jenan," koreksi Ryu.

"Iya terserah lahㅡ cari nama yang agak normal dong!" kata Jenan.

"Rossa nama normal loh!" ujar Mahe. "Ini nih berdua yang nggak normal, masa orang dinamain Bonsai? Mister Bean??"

You Who Came from the PastWhere stories live. Discover now