TIGA PULUH TUJUH

1.7K 202 121
                                    

14.00

Tok

Tok

Tok

"Masuk!"

Abil denger suara Alvin dari dalam rumah Alvin, ia datang ke rumah temannya itu untuk membantunya.

Cklek

Udah berkali-kali memang Abil datang ke rumah Alvin, cowok itu tinggal masih sama kedua orang tuanya tapi kayaknya sekarang lagi pergi orangtuanya.

Karena apa? Karena di dalam Alvin sedang berdua-duaan sama Deni, emang udah dari sejak mereka berteman Alvin kalo gak ada orangtuanya pasti gelendotan terus sama Deni. Kalo ketauan sama orangtuanya nanti di kira dirinya homo lagi.

Seperti sekarang ini, Alvin sama Deni lagi main video game di ruang televisi, duduk di lesehan, dan Alvin tiduran dengan kaki Deni sebagai bantal.

"Ck, kebiasaan. Bucin Mulu berdua." Abil menggeleng.

"Enak Deni empuk buat jadi bantal."

Plak

"Aduh sakit." Alvin memegangi pipinya habis kena tamparan.

Wah kayaknya Alvin udah gak marah sama Abil, karena dia nyaut.

"Ngapain lu ke sini Bil?" Tanya Deni, matanya masih fokus sama game.

Abil ikutan duduk di dekat mereka berdua, ia tersenyum kikuk,"gua ketemu Iqbal tadi di apart, gua berusaha buat minta maaf, tapi dia gak jawab apa-apa. Malah dia nangis, gua jadi gak tega."

"Lu awal dari semuanya Bil." Cetus Alvin.

Abil menghela nafas, mengacak rambutnya dan mendesah,"gua juga denger dari Iqbal langsung, kalo Iqbal katanya lagi ngandung."

"AAPA?!" Deni.

"SING BENER?!" Alvin langsung terduduk syok.

"Iya bener... Dia ke apotek kayaknya beli obat sesuatu buat gugurin kandungannya, gua langsung nelpon Zael. Dan untungnya Zael masih mau buat jawab telpon gua."

"Anjir?! Masa si cowok hamil?!" Deni gak percaya.

"Iya beneran co, gua jadi dua kali lipat ngerasa bersalah. Gua bingung cara minta maaf nya gimana." Ucap Abil putus asa.

Alvin menggeleng,"anak yang Iqbal kandung emang gak diinginkan, tapi bukan berarti harus di hilangkan. Kasian."

"Tapi lebih kasian lagi Zael, lu gak mikir seberapa kecewanya Zael?" Tanya Deni.

Abil menghela nafas, mengusap wajahnya,"gua juga ngerasa bersalah sama El..."

"Kasih gua solusi, Den, Vin."

Deni ikutan frustasi dengarnya,"gue aja syok Bil, gue gak bisa berfikir jernih. mungkin emang aborsi jalan keluarnya."

"Gila ya lo Den?! Itu jahat namanya!" Kata Alvin.

"Loh?! Kalo gak gitu anak itu nanti bakal jadi beban buat Iqbal! Hidup Iqbal udah susah tambah susah karena anak itu! El emang bisa nerima Iqbal yang udah kayak gitu, tapi orang tua El bisa nerima Iqbal?! Otak lo di pake dong!"

Abil dan Alvin terdiam dan berfikir ucapan Deni tidak salah, Iqbal memiliki anak bukan dari Zael, Zael bisa menerima kekurangan itu, tetapi apa orang tua Zael bisa menerima kekurangan Iqbal?

(。・//ε//・。)















































[BOYS LOVE] NEIGHBOR [END]Where stories live. Discover now