Nobody Puts Athina in a Corner

79 11 1
                                    


"You can worry about the small stuff, or you can live your life."

- Sara Goodman Cafino, She's Up to No Good

Athina

B 1 JET

Hanya itu isi pesan rahasia yang tertulis di dalam amplop surat emas Deer Hunter yang lagi-lagi muncul secara misterius di tasku. Padahal seharian ini aku nggak meninggalkan tasku sendirian, loh. Aku juga nggak ketemu atau papasan dengan si kembar dan Alarik. Sepertinya anggota rahasia Deer Hunter lebih banyak daripada yang aku pikir.

B 1 JET adalah plat mobil Alarik, jadi aku berasumsi cowok itu memintaku untuk menemuinya di mobilnya. Aku mengetuk-ngetuk jendela mobilnya dan menempelkan isi pesan itu di jendela mobilnya.

"Nyariin gue?"

Alarik memberikan jempolnya karena aku berhasil memecahkan pesannya. Ia membuka kunci mobilnya dan memintaku masuk.

"Kenapa lo nggak minta gue buat ketemu sama lo di mobil lewat chat kayak orang biasa sih, Rik?"

"Karena yang biasa itu boring! Coba jujur sama gue, lo lebih excited dapat chat dari gue atau dapat pesan misterius di tas lo?"

Hmm, yang kedua, sih. Tapi aku nggak ingin membuatnya merasa puas, jadi aku hanya menggedikkan pundakku dan memasang ekspresi nggak tertarik. Alarik kelihatannya tahu aku sedang menahan diriku, tapi nggak menggodaku supaya aku mengakui kalau diam-diam aku merasa jumpy setiap mendapatkan pesan misterius darinya. Cowok itu memberikanku sebuah eye mask warna hijau forest bermotif rusa.

"Nih, pakai."

"Buat apa? Ini punya siapa?" Aku menerima eye mask itu dengan ujung-ujung jariku. Malas banget kalau ini bekas punya mantan pacarnya, soalnya desainnya terlalu cantik untuk Alarik. "Lo ngapain ngajak gue ketemu di mobil, Rik?"

"Hari ini hari inisiasi lo."

"Inisiasi apa?"

"Inisiasi buat masuk Deer Hunter. Atau lo udah berubah pikiran dan pingin ngasih posisi lo buat Tristan tahun depan?" Alarik bercermin di kaca mobilnya, merapikan sisi kiri-kanan rambutnya yang padahal sudah rapi dan menoleh padaku karena aku nggak kunjung menjawabnya. "Gimana? Jadi pingin masuk Deer Hunter nggak, Tin?"

"Kenapa lo nggak bilang dari kemarin, sih! Gue kan belum siap-siap!"

Aku jarang banget melakukan sesuatu yang impulsif. Hal paling impulsif yang aku lakukan hanya secupu diam-diam nyobain naik angkot waktu SMP karena Papa nggak membolehkan anak-anaknya naik kendaraan umum kecuali taksi. Mana mungkin aku langsung mengiakan ajakan random Alarik! Aku kan harus menyiapkan mentalku dulu!

"Memang lo pingin siap-siap apa? Toh, lo nggak tahu mau kami apain dan kami bawa ke mana."

"Ma-maksudnya, gue nggak tahu bakal disuruh telanjang atau dikencingin, Rik?"

Aku bergidik membayangkan penyakit-penyakit kulit yang bisa aku dapatkan karena bersentuhan sama pipis orang lain. Tapi aku juga nggak mau kalau disuruh telanjang di depan semua orang. Duh, apakah pilihan terbaik hanyalah ditato pakai besi panas?

"Yah, kurang-lebih," tanggapnya santai seakan dikencingi, ditelanjangi, dan ditato pakai besi panas tuh sebiasa nge-backtrack laman media sosial sebelum tidur. "Kalau lo takut, nggak usah ikutan, Athina. Nggak ada yang maksa lo. Lo bisa cabut dari mobil ini, lupain semua kontak dengan Deer Hunter, dan kembali ke kehidupan lama lo yang damai. Udah gue bilang kan kalau Deer Hunter itu bukan bidang lo?"

Farewell, Neverland!Where stories live. Discover now