EMPATPULUHTIGA

587K 61K 10.4K
                                    



Aliza sudah duduk diatas ranjang rumah sakit dengan tatapan kosong. Kanaya dan Zena sudah ia suruh untuk pulang saja lebih dulu. Ia menatap kosong kesembarang arah, hatinya hancur berkeping-keping. Rasa semangatnya sekejab hilang begitu saja saat beberapa menit lalu ia dinyatakan "telah keguguran".

Ucapan dokter beberapa menit lalu, kembali berputar dikepala Aliza.
"Alizaa, benturannya terlalu kuat dan janin didalam perut kamu masih terlalu lemah. Kita tidak bisa melakukan apa apa, itu sudah khendak pencipta. Saya izin keluar, tetap semangat nak Aliza" ucap Bu Dokter yang kemarin memeriksa Aliza. Ia mengelus lembut bahu Aliza, memberi kekutan kepada gadis itu.

Entah Aliza tidak tahu harus menjelaskan bagaimna kepada keluarganya nanti. Apalagi pada Kinaan, Aliza tau Kinaan pasti akan sangat kecewa padanya. Ia menekuk tubuhnya, memeluk kedua lututnya. Matanya membengkak karena sudah hampir setengah jam ia menangis disini.

Disisi lain, Kinaan bersandar pada pintu depan ruangan rawat Aliza. Pria itu sudah mendengar semuanya, Kinaan terududuk lemas meramas rambut hitamnya. Hatinya terasa perih kala tahu si buah hati sudah pamit kembali pada langit.

Kinaan mencoba kuat, ia tidak ingin sedih didepan Aliza. Karena sama saja dengan membuat gadisnya semakin sedih. Kinaan mencoba masuk untuk menemui gadisnya yang tampak sedang pilu diranjang sana. Matanya membengkak, dan tentu saja baginya cantiknya masih sama.

Melihat kedatangan Kinaan, Aliza kembali tak kuasa menahan tangis. Hatinya pilu, terasa sesak saat melihat betapa ia sudah mengecewakan pria ini. Ia tak bisa menjaga dengan baik titipan tuhan padanya.

"Kii-kinaan maaf" lirihnya sangat amat lemah.

Dada Kinaan terasa sakit mendengar lirihan itu, ini bukan salah Aliza sepenuhnya. Ia tidak bisa melawan takdir, jika sudah begini ya begini.

Kinaan memeluk tubuh gemetar gadis itu, mencium hangat puncak kepala Aliza. Tidak tahu ia harus mengatakan apa, karena dari tadi mulutnya terasa kelu untuk mengatakan satu katapun.

Aliza kembali terisak pada dekapan hangat Kinaan. Wajahnya kembali dibanjiri air mata. "Maaf nggak bisa jaga dia" lirih Aliza lagi.

Kinaan mengelus bahu Aliza, ia letakkan dagunya pada tengkuk gadis itu. Kinaan hanya menjawab anggukan, tangannya masih setia memeluk gadisnya.

"aku ibu yang jahat Kinaan" kata Aliza meremas baju Kinaan.

Kinaan menggeleng "nggak za, kamu ibu yang hebat" jawab Kinaan.

"Aku udah kecewain kamu" ucapnya lagi.

Kinaan lagi lagi kembali menggeleng.
"nggak za, kamu nggak pernah bikin aku kecewa"

Aliza melepas pelukan Kinaan.
"Aku ingin sendiri dulu, kamu boleh keluar lagi?" ujar Aliza menunduk.

Kinaan mengerti, sebelum ia keluar pria itu kembali mengecup puncak kepala Aliza. Mengelusnya dan beranjak dari sana.

Diluar ternyata sudah ada Bunda, Umi serta lainnya.
Wajah Rana terlihat sangat merasa bersalah, karenanya Aliza kehilangan bayi itu.

Saat semuanya ingin menemui Aliza, Kinaan melarang atas kemauan gadis itu. Kinaan menjelaskan semuanya bahwa Aliza ingin sendiri saat ini. Bunda, Umi dan yang lainnya memaklumi. Ia tidak marah atas ini semua, dan tidak menyalahkan siapapun. Memang sudah begini jalannya, mereka hanya ikuti alurnya saja.

Semuanya kembali, menitipkan pesan pada Kinaan untuk menjaga Aliza yang tentu saja akan Kinaan lakukan. Dan Rana yang meminta maaf pada Kinaan. Kinaan hanya menjawab anggukan saat Rana berbicara, entahla bukannya menyalahkan Rana. Kinaan sebagai manusia, masih rasa tak terima atas kejadian yang menimpa istrinya.

Setelah semuanya pulang, Kinaan mencoba untuk menemui Aliza lagi. Gadis itu masih saja termenung, sekali sekali meneteskan air matanya kembali. Kinaan yang melihat itu merasa sangat amat tak tega. Ia tak ingin melihat Alizanya murung.

Sebelum memasuki ruangan Aliza. Kinaan mengeluarkan ponsel disakunya. Menekan nomor yang sudah ia hapal disana.

"Cari tahu seluruh tentang Zero" tegasnya yang terdengar seperti perintah untuk seseorang disebrang sana.

Hanya kata itu yang ia ucapkan. Lalu Kinaan menekan knop pintu, dan masuk menemui Aliza.
"aku udah boleh disini?" tanya Kinaan memperhatikan Aliza.

Aliza mengganguk kecil.

Kinaan lalu menarik tangan Aliza untuk ia genggam. Memainkan jari jemari mungil itu. "nangis aja za, kalo emang itu bikin kamu lega gapapa" ucap Kinaan.

Aliza yang mendengar itu kembali menumpahkan tangisnya. Kinaan lalu menarik kepala Aliza untuk bersandar dibahunya. "Selagi aku disini, aku nggak akan biarin kamu ngerasa sepi. Kalo mau nangis, pundak aku selalu ada buat nampung semua cerita kamu, semua keluh kamu"

Aliza memeluk pinggang Kinaan erat. Ia beruntung memiliki pria seperti Kinaan didalam hidupnya. Pria yang tak menuntut banyak kecuali itu untuk kebaikan wanitanya.






satu kata buat part ini?🐉😗

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Where stories live. Discover now