TIGAPULUHLIMA

735K 63.1K 13.1K
                                    



"ini gimana zaa, bantuin" rengek Zena, gadis itu sedari tadi mengomel tidak jelas. Karena ciput yang ia pakai tidak sejajar dengan kerudungnya.

Kira-kira sudah hampir setengah jam mereka bertiga berdiri didepan kaca sekolah. Karena Zena dan Kanaya yang sibuk dengan hijabnya. Aliza merasa lucu melihat tingkah keduanya.

"Alizaa ini kenapa mancung bangett" celoteh Kanaya mencoba merapikan ujung kerudung miliknya.

Aliza sudah seperti Ibu yang mengurus anak anaknya, sedari tadi Ia hanya mondar-mandir kearah Zena dan Kanaya untuk membantu para gadis itu.

"ini pasti terlalu disetrika kan" omel Aliza saat melihat ada bekas tekanan setrika yang membuat kerudung itu menjadi kakuk.

Kanaya mengganguk dengan senyum cengegesan, karena terlalu bersemangat ia jadi menyeterika kerudung beberapa kali.

"yehh udah cantikk punya gue" puji Zena saat melihat pantulan dirinya didepan kaca.

Kanaya menyengir.
"pd banget" cicitnya.

"haruss lah" tegas Zena tersenyum jail.

"Semalem ada cowo nembak guee" ucap Kanaya lalu menyandarkan dirinya sembari menunggu Kanaya yang masih saja sibuk dengan kerudung putih itu.

Mendengar itu Aliza dan Kanaya berhenti dari aktivitas mereka, lalu menatap lekat Zena. Seakan akan meminta kelajutan cerita itu.

"Awas aja lo terima, kita udah janji nggak boleh pacaran sebelum halal" ancamnya memberi peringatan kepada Zena.

Zena memutar bola mata malas, belum selesai ia bercerita. Kanaya sudah menuduhnya macam macam.
"Kanaya ih suudzon bangett" bantahnya tak terima.

"terus gimana?" tanya Aliza.

Zena kembali melanjutkan pembicaraannya.
"teruss ya gue tolak lah pake ayat larangan Zina, setelah itu gue blokir nomornya" jawab Zena tersenyum bangga.

Mendengarnya Kanaya ikut tersenyum bangga, begitupun Aliza yang merasa lucu saat melihat bagaimana mimik wajah Zena saat bercerita. Gadis itu terlihat polos, dan menggemaskan.

▪▪▪

"bang bian? apa kabar?"

Pria itu terus saja mengelus nisan bertulisan nama seseorang disana. Ia sudah cukup lama berada dipemakaman umum ini. Entah sudah beberapa kali air matanya sempat menetes begitu saja.

"gue kangen lo bang" ucapan itu sudah keluar beberapa kali dari mulutnya. Sudah banyak cerita yang ia bagikan jika berada disini. Mulai dari cerita bahagia, keluh serta resahnya ia curahkan dengan seseorang yang sudah lebih dulu tuhan ambil darinya.

Matanya teralihkan, saat melihat sebuah makam disebelahnya. Matanya kembali memanas, hatinya dibuat hancur berkeping-keping. Dadanya terasa sesak, bibir itu bergetar karena tak kuasa menahan tangis yang terus saja memaksa untuk jatuh.

Wajahnya ia paksa tersenyum kecut.
"hidup tapi dianggap mati, sesakit ini" gumamnya menatap kosong makam yang ia rasa tanpa isi disana.

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Where stories live. Discover now