LIMA

1M 84K 14.5K
                                    



Aliza sudah rapi dengan dres biru selutut miliknya, dengan beberapa olesan rias wajah membuatnya semakin cantik.

"Alizaa".

Bunda membuka pintu kamar Aliza, memastikan si anak gadis sudah siap. Bunda menatap Aliza dari atas hingga bawah. Senyumnya terukir, bukan senyum senang tapi senyum menyeramkan.

"Ganti baju kamu sekarang! kita mau ketemu sama Santri. Astaghfirullah anak gadisku, Kinaan bakalan banyak istifar lihat kamu begini. Pakai pakaian yang sopan dan tertutup, Bunda tunggu 5 menit"

Aliza menatap kesal dirinya.
"Apes sekali nasibmu Aliza cantik" ucap Aliza kepada kaca yang memantulkan bayangan dirinya sendiri.

Drttt..

Dering ponsel Aliza bebunyi, tertera nama Zero disana, Aliza gugup ia harus bilang apa ke Zero. Tidak mungkin ia mengatakan akan bertemu calon suami pilihan Bunda. Ia tidak ingin membuat pria sebaik Zero kecewa.

"Ha-halo" ucap Aliza terbata.

"Kam-".

Aliza dengan cepat melangkah mendekat ke samping kipas angin miliknya, bakat aktingnya akan ia tunjukkan.
"Aku lagi dijalan ni ada acara keluarga, suara kamu nggak kedengeran udah dulu ya, byee".

Aliza menarik nafas lega, menepuk nepuk kipas angin yang jarang terpakai itu. Ia sengaja mendekat ke arah kipas angin agar menghasilkan suara ribut seperti sedang berada dijalanan.

"ALIZAA CEPAT BUNDA DAN AYAH TUNGGU DIMOBIL".

Aliza segera mengganti baju, merapikan tas yang akan ia bawa, dan mengunci pintu kamar.

"IYA BUNDA OTW NI".

▪▪▪

Kini kedua keluarga tersebut duduk disebuah kursi meja panjang, dengan berbagai lampu hias, serta hidangan makanan. Dari yang sederhana, mewah, pembuka, penutup, sudah lengkap diatas meja.

Kinaan sangat tampan malam ini, dengan jas hitam serta dasi biru dongker membuatnya terlihat keren. Tapi tetap saja bagi Aliza ganteng tapi BIASA SAJA.

Kinaan sedari tadi sebiasa mungkin menahan pandangannya. Ia tidak ingin matanya terlalu lama melihat sesuatu yang belum dihalalkan untuk matanya. Ia benar benar terpesona melihat Aliza. Tapi akan lebih cantik jika Aliza menutup rambut indahnya dengan hijab. Setelah mejadi suami Aliza nanti, Insyaallah Kinaan akan membimbing Aliza dengan baik. Kinaan tidak masalah atas perjodohan ini, selagi itu baik dan ia tidak terikat dengan hubungan haram, ia akan terima lapang dada.

Bunda mengambil sebuah kertas dengan warna hijau muda, melihat itu sudah membuat Aliza was was.

"Kita ke intinya saja ya, acara pernikahannya akan diadakan minggu depan" ucap Om Kifli santai tapi berdampak serangan listrik untuk Aliza dan Kinaan. Kinaan memang menerima ini, tapi apakah tidak terlalu cepat minggu depan.

Aliza sontak kaget, matanya membulat. Air mata sudah membendung di kedua kelopak mata indahnya.

"Bagaimana Kinaan, apakah siap menjadi calon suami Aliza" Tanya Ayah Aliza.

Aliza berdoa dalam hati, ia harap Kinaan menjawab tidak. Tolonglah ia harap semesta kali ini berpihak padanya.

Namun, Kinaan mengganguk mantap. Kedua orangtua mereka tersenyum bahagia, berbeda dengan Aliza yang dibuat kesal bukan main.

Aliza segera menarik tangan Kinaan untuk menjauh dari meja makan, Kinaan yang merasa dirinya ditarik tiba tiba hanya mengikuti langkah Aliza.

Sampainya ditempat dimana Aliza memberhentikan langkahnya. Dengan cepat Kinaan melepaskan cengkalan tangan Aliza dari tangannya.

"belum juga sah, udah tarik tarik gue".

Aliza tersenyum kesal, matanya menatap tajam manik hitam milik Kinaan.

"Santri ngomongnya pakai lo gue juga ternyata". ucap Aliza membulatkan mulutnya membentuk huruf O.

"Santri juga manusia kali". Sahut Kinaan mengalihkan pandangannya kearah keramaian.

Aliza merasa kesal, berbicara dengan Kinaan seperti sedang berbicara sendiri. Kemana dirinya kemana mata Kinaan.
"gue disini, nggak berani banget si natap gue. Emangnya gue jelek apa!".

Kinaan terkekeh mendengar itu. Senyumnya terukir.
"lo cantik, kalo gue terlalu lama natap lo bakalan nimbulin dosa, kecuali udah sah baru jadi pahala" ucap Kinaan.

"kenapa mau nerima begitu aja perjodohannya si? lo kan nggak tau gue dan kita nggak saling cinta" omel Aliza. Tidak ngegas, lebih lembut dari ucapannya yang tadi.

Santri Pilihan Bunda [ SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA ]Where stories live. Discover now