Wattpad Original
There are 3 more free parts

12. Ganggu

22.8K 4.1K 127
                                    

Duduk di atas motor, bukannya langsung memasukkan kunci dan menyalakan mesin motor, aku malah melamun memandangi entah apa saja yang masuk dalam penglihatanku. Aduh, gimana ini? Aku masih ngantuk. Salahku sendiri sih udah tahu kerja berangkat pagi, eh malah nonton drama Korea sampai dini hari. Alhasil jadinya kurang tidur gini deh, tapi ya gimana dong pesona ahjussi rasa oppa tuh kadang gak bisa dihindari. Mas Dirham contohnya.

Heleh! Heleh!

Aku mencoba membangkitkan level kesadaranku dengan menepuk-nepuk kedua pipiku cukup keras tapi tetap saja mata ini masih terasa berat. Gak bisa nih aku bawa motor dalam keadaan begini. Udah mana ngantuk, terus kena angin di jalan, yang ada bukannya sampai daycare malah masuk rumah sakit nanti.

Aku lantas turun lagi dari motor dan hendak masuk kembali ke dalam rumah untuk minta tolong Papa mengantarku. Saat aku hendak melangkah masuk ke rumah, aku mendengar namaku dipanggil dari luar pagar. Aku pun lantas menolehkan kepala untuk melihat siapa yang memanggilku. Dari suara dan postur tubuhnya sih kayak Mas Dirham, tapi mau ngapain Mas Dirham pagi-pagi ke sini?

Aku pun memutar langkahku menuju pagar untuk membukanya. Dugaanku tepat. Mas Dirham berdiri di depan pagar bersama Oca.

"Pagi, Dinar," sapanya.

Aku tersenyum dan mengangguk seraya menyapanya balik. Nah, kan, aku yang tadinya ngantuk jadi segar deh pagi-pagi udah dikasih lihat yang adem-adem. "Ada apa, Mas?" tanyaku kemudian.

"Hmm... mau nawarin berangkat bareng."

Aku terdiam. Ini pertanyaan atau pernyataan sih? Dari struktur kalimatnya sih seperti pernyataan, tapi dari cara penyampaiannya seperti pertanyaan.

"Mas ngajak saya bareng?" tanyaku memastikan.

Mas Dirham menganggukkan kepalanya. "Kalau kamu gak keberatan," katanya.

Keberatan sih enggak, tapi ini kan masih pagi banget. Jam operasional daycare kan baru mulai pukul setengah delapan pagi. Memangnya Mas Dirham sudah mau ke kantor sepagi ini?

"Boleh aja sih. Mas sekalian ke kantor?" tanyaku

"Hari ini saya ada kerjaan di luar Jakarta sebenarnya makanya berangkat lebih pagi. Tapi kamu tenang aja, saya bakal tetap usahakan Oca dijemput tepat waktu nanti."

Aku mengangguk mafhum. Oh, ada kerjaan rupanya, hampir saja kukira ia sengaja menyempatkan waktunya berangkat lebih pagi agar bisa bareng denganku. Haaah... cewek kadang emang suka kebawa perasaan sendiri.

"Ya udah, Mas," ujarku akhirnya. Lumayan lah hitung-hitung aku gak perlu bawa kendaraan sendiri hari ini.

Mas Dirham kemudian kembali ke rumahnya untuk mengeluarkan mobil sementara aku dan Oca menunggu di luar gerbang rumahnya. Setelahnya, kami pun sama-sama masuk ke dalam mobil. Aku membantu Oca masuk terlebih dulu ke kursi belakang sebelum kemudian aku ikut masuk dan duduk di samping kursi pengemudi. Tadinya aku sudah menawari Oca untuk duduk di depan tapi Mas Dirham bilang kalau Oca gak bisa duduk di depan. Baru saja aku hendak bertanya kenapa, tapi aku teringat kalau Oca memiliki eisoptrophobia. Mungkin Oca tak nyaman jika duduk di depan dan melihat kaca spion yang memantulkan bayangan layaknya cermin.

"Sorry, Mas, boleh tanya?" ujarku membuka topik obrolan dalam perjalanan.

Mas Dirham melirik sekilas ke arahku sebelum menganggukkan kepalanya. "Tanya apa?"

"Mas kan kerja ya, lalu mamanya Mas di Tangerang. Oca di rumah cuma tinggal berdua sama Mas aja? Kalau Mas lagi ada keperluan keluar, terus Oca gimana?" tanyaku. Mungkin itu bukan urusanku, tapi ya gak bisa dibilang bukan urusanku juga sih. Aku kan pendamping Oca saat di daycare, setidaknya aku perlu tahu seperti apa Oca di rumahnya sendiri agar kami bisa saling menyesuaikan diri.

Kepingan DirhamWhere stories live. Discover now