Wattpad Original
There are 9 more free parts

6. Apa Yang Salah?

25.1K 3.8K 67
                                    

Setiap fase dalam perkembangan hidup manusia itu sangat penting, tapi masa anak-anak umumnya menjadi fase paling kritis untuk setiap individu karena pada masa itulah umumnya karakter kepribadian seseorang mulai terbentuk.

Terutama pada anak-anak usia nol sampai lima tahun di mana masa tersebut adalah masa keemasan bagi pertumbuhan setiap individu karena perkembangan terbaik bagi fisik dan otak anak terjadi pada usia tersebut sebagaimana menurut Sigmun Freud bahwa struktur dasar kepribadian telah terbentuk saat individu berusia lima tahun dan sebagian besar perkembangan setelahnya merupakan elaborasi dari struktur dasar yang telah terbentuk tersebut.

Setiap pengalaman yang terjadi pada masa kanak-kanak tersebut menjadi pengalaman pertama yang terekam kuat dalam alam bawah sadar setiap individu. Untuk itu, di Fun Daycare ini kami ingin memaksimalkan masa keemasan itu dengan baik dan maksimal karena anak-anak di sini umumnya berusia tiga sampai enam tahun. Tidak hanya perkembangan kecerdasan yang diperhatikan, tapi pembentukan karakter juga. Di sini kami membiasakan mereka untuk melakukan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari yang terkesan simpel tapi sebenarnya membawa pengaruh besar dalam kehidupan, seperti misalnya belajar ke toilet dan membersihkan organ intim mereka sendiri, berdo'a sebelum dan setelah beraktivitas, berbicara dengan sopan, tidak melakukan kekerasan, mengatakan 'tolong' ketika butuh bantuan, meminta maaf saat membuat kesalahan, mengucapkan 'terima kasih' ketika mendapatkan bantuan, dan lain sebagainya dengan harapan mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, bertanggungjawab, cakap dalam bersosialisasi serta memiliki rasa toleransi.

Untuk mewujudkan semua itu tentu saja bukanlah tanpa tantangan, dan hal yang menjadi tantangan paling umum yang kami selaku para caregiver juga teacher di daycare ini terima ialah memisahkan perkelahian atau perebutan mainan. Tak jarang bahkan kami sampai harus benar-benar memutar otak untuk menyelesaikan perselisihan mereka tanpa memihak salah satu diantaranya.

Seperti halnya yang terjadi saat ini. Saat sedang mendampingi anak lainnya yang tengah bermain telepon mainan, kulihat Laura dan Hani tengah memperebutkan wortel mainan.

Aku pun lantas menghampiri mereka dan mengambil duduk di tengah-tengah mereka lalu menahan wortel mainan yang sedang mereka tarik-tarik. "Laura, Hani, kenapa?"

"Hani tuh, Miss! Masa aku mau ini gak dikasih! Aku kan mau kasih makan boneka kelinci," adu Laura.

"Tapi kan aku juga mau main masak-masakan, Miss!" sangkal Hani.

Yak, dimulailah sesi saling lempar tuduhan ini.

"Hani kan udah mainin dari tadi, Miss!"

"Dih, orang baru sih!"

"Oke, oke," ucapku menghentikan adu mulut mereka. "Kalau gitu ini wortelnya Miss ambil aja ya jadi gak bisa dimainin lagi."

"Jangan dong, Miss!" tolak mereka.

"Terus Miss harus gimana? Hani sama Laura mainnya gak mau sama-sama atau gantian, kan? Ya udah Miss ambil aja ini ya?"

Laura dan Hani terdiam. Sepertinya mereka tak rela kalau aku mengambil wortel mainan itu.

"Ya udah aku mau gantian, tapi aku dulu. Kan aku juga baru pinjam itu dari Maya tadi," ujar Hani akhirnya.

Aku mengangguk. "Kalau Laura gimana? Mau gak nungguin Hani dulu?" tanyaku pada Laura yang masih terdiam.

Entah pergolakan batin seperti apa yang terjadi pada diri Laura tapi gadis itu akhirnya mengangguk setuju. "Tapi nanti jangan lupa kasih aku," ujarnya pada Hani.

"Ya udah kalau gitu salaman dulu dong, maaf-maafan, jangan berantem lagi ya. Kalau main bareng-bareng itu mainannya juga harus sama-sama atau gantian, oke?"

Kepingan DirhamWhere stories live. Discover now