Molly... You In Danger, Girl

511 73 18
                                    

Daryll


Apaan sih, Andra? Kenapa tiba-tiba cewek itu jadi kayak dikejar setan begitu? Kayaknya sepanjang menjalankan ritual, ia santai-santai aja. Atau jangan-jangan... witchcrafting adalah dating deal breaker, ya?

Ah, mana mungkin. Justru karena kami ngomongin opo-opo, ia bersemangat ngajakin gue ke pesta Halloween bareng. Barulah setelah itu, wajahnya memucat tiba-tiba. Ada apa, sih? Dia lihat penampakan di belakang punggung gue? Atau karena Shaien? Kan, cewek itu sendiri yang bilang mereka nggak pacaran, lalu apa masalahnya kalau kami ke pesta bareng?

Zio memberikan jari tengah pada Didot yang barusan lewat dan mengatainya bencong seperti biasa. "Give me B, give me O. Give me B and motherfucking O!" serunya sekeras mungkin agar satu Kantek mendengar hinaannya tentang Didot yang bau badan, padahal enggak. Tapi, Zio sebagai seorang Aries pasti akan menggunakan apa pun untuk menjatuhkan lawannya, bahkan dengan pistol tanpa peluru sekalipun dan tetap berhasil membawa kemenangan. "Duh, Dot, sebelum buka mulut, mending lo buka dompet deh buat beli deodorant. Di koperasi ada, kok. Shashay away~"

Gue geleng-geleng kepala. Aries diputari oleh planet Mars yang berapi-api dan penuh energi. Dalam mitologi Romawi pun, Mars adalah dewa perang. Jadi, jangan heran kalau lo menemukan jiwa petarung kompetitif yang agresif dalam diri Zio. Walaupun dari luar kelihatan lembek, cowok itu dilahirkan untuk menjadi pemenang. Itu hal yang selalu gue kagumi dari Aries—dan Zio, di samping sisi too much-nya yang enggak sabaran dan sering meledak-ledak. Flo pasti sering makan hati kalau berantem sama dia.

"Shaien mana, Yo?"

"Pacaran," jawabnya cuek, lalu panik sendiri dan cepat-cepat memperbaiki jawabannya. "Eh, maksud gue... lagi teleponan sama... sama... temennya! Apa sih lo, tumben nanyain Shaien. Biasanya orangnya ada lo cuekin!"

"Temennya itu Andra?"

"Mana gue tahu! Kepompong lo, Ryll!"

"Nanya doang, Bangke." Defensif amat si Zio. Berasa gue sedang mengumpulkan informasi untuk nyantet Shaien aja. "Yo, Shaien sama Andra pacaran nggak, sih?"

Wajah defensif Zio langsung mencair dan berubah menjadi ledakan tawa. "HAHAHAHAHA! Ya, nggaklah! Mana mungkin! Sampai kiamat juga nggak akan mungkin pacaran!"

"Kenapa memangnya?"

"Ya, menurut lo aja!"

"Menurut gue mungkin aja. Orang mereka sedeket itu. Kan, lo bilang sendiri Shaien sama Andra saking kompaknya sampai udah di tahap annoying."

Lengkingan ketawa Zio makin keras seperti hyena. "Hahaha, lo ngomong begitu karena lo nggak tahu kalau—"

"Kalau?"

"Ka-kalau—" kalimat Zio menggantung di udara. Cowok itu kelihatan superpanik seperti baru saja menemukan jerawat besar di hari pernikahannya. Ia gelagapan, lalu memukul-mukul bibirnya sendiri. "Duh, mulut gue! Tahu, ah! Pokoknya nggak mungkin! Ngapain sih lo tiba-tiba nanyain mereka?"

"Nanya aja."

"Lo lagi ngepoin Andra, ya?"

"Kagak. Cuma heran aja kenapa mereka nggak pacaran, kan udah deket banget."

"Eh, gue tahu ya tabiat lo, Banci! Lo nggak akan tanya kalau nggak tertarik." Zio menodongkan sendok es krim ke depan wajah gue. "Coba sini, cerita sama Bunda. Lo udah ngapain aja sama dia?"

"Bacot ah, orang nggak ngapa-ngapain!"

"Lo udah ngapain aja sama dia?"

Gue menelan ludah. Sepertinya di kehidupan yang lalu, Zio memang 'bunda' gue sampai gue nggak bisa berbohong padanya. "Kita ke Glodok dan kemarin dia main ke rumah gue."

Witching HeartsWhere stories live. Discover now