A Knight for Tonight

498 81 18
                                    



Daryll

Gue pikir minum darah adalah agenda terakhir kami, tapi Andra mengeluh kelaparan dan pingin makan McD. Seharusnya, kami tinggal ke McD Hayam Wuruk yang paling dekat dari sini, tapi saat bus berhenti di Halte Sawah Besar—halte yang paling dekat dari McD Hayam Wuruk, enggak ada dari kami yang turun. Gue dan Andra malah sibuk ngakak-ngakak di kursi paling belakang sambil berbagi earphone yang tertancap di Walkmen tuanya, mendengarkan lagu Chains of Love-nya Erasure sambil bercerita tentang apa aja.

Biasanya gue paling malas menghabiskan waktu di jalan lama-lama, tapi kali ini gue berdoa semoga jalanan menuju McD Senayan macet total supaya bisa menghabiskan waktu bersama Andra lebih lama. Ocehannya tentang jenis-jenis lipstik yang enggak gue ngerti aja terdengar menyenangkan. Cewek ini pakai mantra apa, ya?

"Terus, hari ini gue pakai maskara warna ungu! Kelihatan nggak?" Andra mengedipkan matanya genit, lalu mengeluh. "Tapi udah beleber. Dan nggak bisa sembarangan gue gosok, nanti tambah berantakan."

"Gue pikir kalau digosok jinnya keluar."

"DARYLL! STOP JAYUS!" Walaupun sok protes, bibir Andra tersenyum lebar, yang berangsur berubah menjadi gelak tawa dan akhirnya ikutan membuat gue tertawa juga. Cewek itu memiliki senyum dan tawa yang menular, membuat orang lain merasa hangat hanya karena melihatnya. Kayak vitamin D. Dan hari ini, gue ingin menyerap vitamin D itu sebanyak-banyaknya.

Gue iri sama Shaien. Iri sama Zio. Iri sama Flo. Iri sama siapa pun yang telah mengenalnya lebih dulu. Aneh ya, Ndra? Ketemu sama lo bikin gue bersyukur sekaligus ngelunjak. Gue bersyukur berkenalan dengan alien setengah iblis kayak lo, tapi gue berharap bisa menemukan lo lebih cepat supaya bisa menghabiskan waktu sama lo lebih banyak.

Kalau gue menemukan lo lebih dulu daripada Shaien, apa posisi cowok itu akan jadi milik gue? Apa enggak akan ada yang namanya Shaien dan Andra, tapi Daryll dan Andra? Hubungan kita lalu akan jadi seperti apa? Teman biasa, sahabat dekat, atau pacar?

Andra menghisap sebatang marlboro import yang kami beli di Glodok, lalu menghembuskan asapnya ke langit dengan dramatis. "Jadi, seru nggak, Ryll, ciam si, makan dan minum-minum yang haram sama gue?"

Gue ingin bilang kalau seharian jalan-jalan dengannya adalah pengalaman paling menyenangkan yang pernah gue alami, tapi yang keluar dari mulut gue hanya, "Lumayan buat dimasukkin ke CV hidup gue."

Andra menatap gue sebentar, tertawa sendiri, lalu menggelengkan kepalanya. Walaupun wajahnya udah capek, dengan rambut berantakan, sisa lipstik di bibir, dan rokok di tangan, ia kelihatan seksi. Cewek itu menghisap rokoknya, meninggalkan sejejak warna merah darah di ujungnya.

Kalau kami berciuman sekarang, apa bibirnya akan terasa seperti nikotin?

"CV hidup yang isinya cuma kucing, Milo, opo-opo, sama Sheila on 7 itu maksud lo?" Cewek itu meniriskan asap rokoknya di atas piring bekas Big Mac. "BTW, gue pingin komentar, tapi sori ya kalau omongan gue rada-rada body shaming."

"Apaan?"

"Pergelangan tangan lo tuh kecil banget ya, Ryll?" Andra menunjuk pergelangan tangan gue yang dililit jam tangan hitam. "Tuh, kecil banget, Ryll, kayak pergelangan cewek."

"Emang kecil." G-Shock hitam ini udah melingkar di pergelangan tangan gue dari zaman SMP. Dan dari dulu sampai sekarang, gue masih menusuk jarumnya di lubang nomor satu.

"Tinggi lo berapa, sih?"

"181."

"Berat?"

"63."

Witching HeartsWhere stories live. Discover now