08

18.1K 4.9K 995
                                    

"Hyung," sapa Haechan seperti biasa pada hyung line yang baru saja selesai memakai ruang latihan ㅡsetelah ini giliran band lain.

Lee Taeyong, seperti biasa hanya memberikan tatapan dingin tanpa mengatakan apapun.
Sorot matanya sama sekali tidak menunjukkan kebencian pada Haechan, wajah berkeringat Taeyong hanya kelihatan acuh dan malas ㅡdan lelah tentu saja.


Haechan hanya mengangkat bahu saat Yuta menatapnya prihatin dari seberang ruangan.






Lama-kelamaan sepertinya Haechan akan terbiasa dengan keadaan ini, hatinya sudah kebas. Ia ingat saat mengobrol dengan Lee Taemin, senior dari band lain beberapa minggu yang lalu;

"Ya ampun, Key hyung sama Minho hyung aja pernah marahan dua tahun," kata Taemin saat itu.

"Masa?" tanya Haechan. "Gara-gara apa?"

"Nggak tau. Waktu itu shinee masih trainee," jawab Taemin. "Mustahil kan suatu grup yang solid akur terus, pasti ada masanya kalian diterpa masalah."

Saat itu setengah hati Haechan mengagumi sunbae-nya yang debut tujuh tahun lebih awal dari dirinya itu.
Semua orang tahu Lee Taemin debut saat masih seumuran Jisung saat ini, dan shinee solid sampai sekarang. Dia dan band-nya belum tentu bisa ㅡmengingat masalah yang sedang mereka lalui sekarang.

Tapi di sisi lain dengan mudahnya Haechan berpikir sarkastik. Teman satu band Taemin belum tentu sifatnya sama seperti teman-temannya sendiri. Taeyong itu beda, agak sulit didekati. Ia merasa Taemin terlalu menganggap mudah masalahnya.







"Lee Donghyuk!"

Haechan ㅡdan sebenarnya yang lain pun sama, tersentak kaget saat mendengar bentakan pelatih mereka.

"Kamu ini mikirin apa sih? Fokus!" bentaknya galak sambil mendatangi tempat Haechan berdiri.

"Josonghamnida," Haechan menunduk ㅡantara takut dan kesal.

Pelatih mereka menjauh, lalu musik dimainkan dari awal.
Dimarahi seperti ini sudah biasa. Memang sih, ini bagus untuk kedisiplinan. Tapi tetap saja, kalau terlalu sering emosi Haechan kadang-kadang terpancing.






"Lee Donghyuk!"

Tuh, kan. Bentakan lagi.

"Josonghamnida," Haechan sudah meminta maaf sebelum dimarahi.

Renjun di kirinya melirik Haechan galak yang kurang lebih maksudnya 'fokus Chan, biar cepet kelar latihannya!'.


Oke, kata Haechan dalam hati.

Fokus, lebih cepat selesai lebih baik.






*****





"De Amapola?" protes Haechan pada driver yang menjemputnya untuk kembali ke dormitory. "Nggak ah hyung, banyak PR nih buat besok."

"Ya ampun Chan, sebentar aja. De Amapola kan masih di Cheongdam-dong juga, nggak jauh ke Korea Utara," kata driver hyung.

"Ya udah mending aku naik taksi aja," ujar Haechan.

"Emang kamu punya uang?"

"Enggak."






Akhirnya Haechan hanya bisa duduk pasrah di samping kursi pengemudi.

Hari sial macam apa lagi ini?

Yang lain sudah diantar ke dormitory lebih dulu karena Haechan harus melewatkan setengah jam evaluasi dengan pelatihnya. Dan sekarang driver-nya bersikeras mampir dulu ke cafe untuk membeli pesanan istrinya yang sedang mengidam.

Seakan-akan dimarahi dan dibanding-bandingkan dengan Lee Taeyong oleh coach mereka selama latihan tadi belum cukup membuat hari Haechan suram saja.


Diam-diam terbersit rasa kesal di hati Haechan pada semua orang.



Kenapa sih Lee Taeyong harus jadi anak emas banyak orang?



Bukan hanya Taeyong sebenarnya. Banyak anak emas lain ㅡtapi tetap saja dia yang terasa paling dekat di hadapan Haechan.

Sebenarnya Haechan heran, saat Taeyong terkena skandal penipuan atau apalah itu, agensi mereka melakukan sesuatu untuk membela Taeyong. Yang lain juga dengan mudah percaya kalau itu cuma kesalahan sepele.



Skandal itu terlupakan begitu saja.



Tapi apa yang terjadi pada Haechan?
Skandal mungkin sudah terlupakan, tapi imej dan hubungannya dengan Lee Taeyong sepertinya entah kapan bisa diperbaiki.

Dan masih ada kontrak selama belasan tahun ㅡapa Haechan sanggup?








"Tunggu di sini aja atau mau ikut ke dalem?" tanya driver hyung saat sudah sampai di depan bangunan bertuliskan Café De Amapola.

"Di sini aja ah," kata Haechan sambil main game di ponselnya.

"Oke," driver hyung keluar dari mobil lalu masuk ke dalam cafe.


Daripada pusing memikirkan berbagai hal yang tidak jelas ujungnya dan membuatnya membenci semua orang, lebih baik Haechan mengistirahatkan pikirannya sambil mendengarkan lagu.



5 menit...






10 menit...






20 menit...







Haechan berdecak gusar.
Ini sudah setengah jam.
Badannya sudah lengket karena keringat, ingin segera mandi ㅡtapi kenapa driver hyung lama sekali?

Ia baru saja berniat keluar untuk menyusul driver-nya, tapi saat Haechan bahkan belum melepas seat belt, ekor matanya menangkap dua sosok yang familiar.



Lee Taeyong.




Dan...






Lim Joa.
.
.
.
.
.
ㅡtbc
Mood so fucked up rn ㅡsorry for this frikkin basic update ✌

Hilarious ✔Where stories live. Discover now