Part 44|

83.3K 6.1K 491
                                    


Nea sedang bersiap didepan cermin. Hari ini adalah jadwal cek up nya ke dokter. Setelah dirasanya rapi, ia memotret dirinya lalu berjalan keluar dari kamar nya. Tapi saat Nea di ujung tangga, ia melihat sosok wanita yang sedang berbincang asik dengan ibu mertuanya. Dia adalah Sheila, wanita yang ia temui beberapa waktu lalu di mall.

Ia menghampiri ibu mertuanya yang sedang tertawa lepas dengan wanita itu. Nea merasa sedikit iri dengan wanita itu, pasalnya ia sudah mencoba dekat dengan ibu mertuanya tapi tetap saja masih terdapat jarak diantara mereka. Berbeda jika dengan wanita itu, ibu mertuanya bisa bercanda dan tertawa lepas.

"Ma!"

Mamah mertuanya yang tadinya asik mengobrol dan tertawa lepas jadi berhenti seketika saat Nea datang.

"Iya ada apa?" Tanya nya.

"Katanya mamah mau nemenin aku cek up, jadi kan?" Tanya Nea dengan hati-hati.

"Kamu tidak lihat? Mama ini sedang ada tamu," entah mengapa Nea merasa nada bicara mamah mertuanya itu sinis dan tidak bersahabat. Kemana perginya mamah mertuanya yang kemarin tiba-tiba baik kepadanya. Kenapa cepat sekali berubah? Sungguh ia tak mengerti.

"Nea lihat kok mah, tapi kan-" perkataan Nea terpotong.

"Tapi apa?"

"T tapi kan mamah udah bilang ke mas Ryszard untuk menemani Nea cek up," ujar Nea bergetar, Nea  begitu sensitif sehingga sekarang dirinya sudah hampir mengeluarkan air mata nya.

"Yaudah sama aku aja kak," timpal Aleta yang tak sengaja mendengarkan percakapan mereka.

Nea menoleh melihat adik ipar nya, dia memang gadis yang baik. Dia juga tak pernah bersikap kurang ajar pada Nea walau usianya berada sedikit diatas Nea.

"Al kamu nggak mau temenin aku? Aku kan udah lama nggak kesini," tanpa diduga wanita yang dari tadi diam angkat bicara.

"Aleta lebih baik kamu disini saja menemani Sheila," sahut mamah mertua Nea.

Dari pada mengulur waktu, labih baik Nea yang mengalah dan memilih cek up sendiri kedokter.

"Nggak papa Al kamu dirumah aja temenin tamu nya mamah. Aku berangkat sendiri aja," setelah itu Nea berpaitan dan pergi meninggalkan mereka.

Saat Nea sudah berada di depan mansion, satu bulir air mata nya luruh. Tapi ia buru buru menghapusnya menggunakan jari telunjuk nya.

"Ne" panggil seseorang mengagetkan Nea. Rupanya itu Sania, sahabat yang beberapa waktu ini ia kerjai.

"Lo nangis?" Tanya Sania.

"Engak. Siapa yang nangis?" dusta nya mengalihkan pandangan nya.

Tanpa ijin, Sania langsung memeluk tubuh sahabat nya yang sangat ia rindukan.

"Gue kangen sama lo, udah cukup lo diemin gue Nggak kuat." Sania menangis sambil memeluk Nea.

"Lepasin!" Titah Nea.

Sania tak mendengarkan ucapan Nea. "Nggak gue nggak akan lepasin lo. Bodo amat lo mau marah sama gue, benci gue, pokok nya lo jangan diemin gue." Ucap nya dengan mempererat pelukan nya.

"Lepasin yaampun gue lagi hamil, San!" Teriak Nea.

Sania langsung kaget dan langsung melepaskan pelukan nya. Ia baru sadar jika dari tadi ada penghalang besar diantara mereka.

"Sorry sorry. Lo nggak papa kan?" Tanya Sania panik.

"Ayo kita duduk gue ceritain semua dari awal sampai akhir, gue nggak mau lagi lo marah sama gue." Ajak Sania, ia tak mau lagi ada rahasia diantara mereka yang membuat renggang hubungan mereka.

Terpaksa Menikah Dengan CEO [Revisi]Where stories live. Discover now