#9: lostmyhead

10.5K 1.1K 441
                                    

Harusnya gue nempelin tulisan ini di jidat, biar orang-orang yang ketemu gue langsung ngingetin gue.

'Perjuangkan apa yang lo harus perjuangkan. Sampe berdarah-darah sekalian.'

Karena kalo gue kalah start, gue ga tau harus darimana gue memulai hidup gue lagi menjadi Cakrawala Yudhistira yang baru.
Iya, cewek itu bukan pesulap, tapi dia ngerubah gue.

----

Dari tadi yang Ladin lakukan cuma bolak-balik ngeliatin Wira dan mas mas penjual kamera. Kalo Wira belum menemukan lensa yang dia inginkan, dia bakal nyari toko kamera lain dan Ladin lagi-lagi nurut ngikutin Wira kemana pun. 

Wira sadar juga kalo dari tadi Ladin memperhatikannya. Jadi begitu mas mas penjual kamera lagi ngambil lensa yang Wira maksud, dia menoleh pada Ladin. "Capek?"

Ladin ngegeleng. "Enggak."

"Bentar ya," kata Wira singkat. 

Ladin senyum. "Santai, Wir."

Kasian liat Ladin yang mukanya udah ngantuk dan bosen banget, Wira akhirnya memutuskan untuk membeli lensa di toko tempat mereka saat ini. Kasian anak orang, baru balik dari Gunung udah diajak jalan aja. Tapi memang bukan salah Wira sepenuhnya main ngajak Ladin gitu aja tanpa ngizinin Ladin istirahat dulu, Ladin lah yang lebih dulu membuat janji untuk menemani Wira nyari lensa kamera. Wira sebenernya udah membatalkan rencana mereka, tapi Ladin ngotot untuk pergi saat itu juga karena dia merasa sudah berjanji pada Wira.

"Yang itu?" tanya Ladin sambil menunjuk lensa yang lagi dipasang pada kamera milik Wira. 

Wira ngangguk doang. 

"Abis ini makan, yuk, Wir?" ajak Ladin. 

"Boleh," Wira mengiyakan. "Bentar, ya."

Beberapa menit kemudian mereka udah meninggalkan toko kamera dan sekarang lagi nyari tempat makan. 

"Abis makan kita langsung balik aja, yuk?" kata Ladin tiba-tiba. 

Wira yang lagi jalan di sebelah Ladin sambil mencoba lensa kamera barunya, langsung menoleh pada Ladin. "Kenapa emang?"

"Gue belom mandi," jawab Ladin santai, seakan-akan bilang 'gue belom mandi' sama aja kayak bilang 'gue belom makan'. 

Wira ketawa. "Berapa hari lo ga mandi?"

"Terakhir mandi kemaren sore. Itu juga mandi pake tisu basah. Hehehe."

"Gila," Wira geleng-geleng kepala doang, ga habis pikir Ladin sesantai itu jalan ke mall tanpa mandi dari kemarin sore. Dan lagi, mandi pake tisu basah? Itu pantes disebut 'mandi'? 

"Ya abisnya males banget gue mandi di Puntang. Mana cowok semua, lagi. Risih gue."

"Din..." Wira menghela nafas. "Terserah lo, deh."

Ladin cekikikan aja. Tangannya refleks memeluk lengan Wira.

"Jauh-jauh ga lo dari gue?!" hardik Wira meski dalam nada bercanda. Gila aja, cantik-cantik mandinya pake tisu basah. "Gue udah pake parfum mahal, nih."

"Dihhhh," Ladin mendorong pipi Wira. "Belagu lo pake parfum mahal segala. Gue kangen lo, deh, Wir."

"Basi."

Wira kalo ke Ladin udah ga ada lembut-lembutnya, deh. Udah bagus dikangenin Ladin, eh malah dikatain dengan sadisnya. "HAHAHAHA," Ladin ketawa lagi. "Serius gue. Coba lo ikut ke Puntang, kenyang deh lo videoin gue pake background pemandangan alam gitu. Indah deh pasti."

"Gue? Videoin lo?" Wira ngeliat Ladin dengan muka jijik. "Pensiun gue jadi videografer."

"Ih!" Ladin refleks geplak lengan Wira. "Jahat ya lo!"

0 2 2 [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now