12. quality time with mark

11.3K 2.5K 826
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*)abaikan jam chat nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*)abaikan jam chat nya







Mark udah seneng mau dibeliin gitar, dia langsung berhenti muter-muterin anak kecil di taman terus pamit ke geng 100% ganteng. Nggak lama nunggu, mobil Papanya datang. Dia lari ke mobil, girang banget nggak sabar mau pilih gitar yang paling mahal.

"Jangan lari-lari!" seru Papa Moon, takut miniaturnya itu kesandung batu di pinggiran jalan setapak taman.

"Ayo Pa cepetan beli gitar!" Mark langsung masuk mobil.

"Pake dulu ini seatbelt-nya," Papa Moon memakaikan sabuk pengaman buat anaknya.

"Beli gitarnya di mana? Tau nggak yang bagus yang kayak gimana? Mau gitar kayak G-Dragon ya pokoknya, bukan gitar-gitaran yang sering dipake Mama mukulin Papanya Haechan."

Gemes dengerin anaknya ngoceh, Papa Moon yang lemah lembut cuma senyum. "Iya, tenang aja. Kita beli gitar beneran. Mark ㅡkamu bau keringet amat? Habis ngapain sih di taman?"

"Gangguin anak kecil lah, seru loh hehehehehe."

"Jangan suka usilin anak kecil, kasian. Kamu nggak takut mereka ngadu ke orang tuanya?"

"Enggak. Paling mereka lebih takut sama Mama," jawab Mark seenaknya.

"Waktu kecil kamu sering digangguin anak-anak yang lebih gede?"

"Pernah sih, tapi waktu mereka pernah ketemu Mama langsung kabur semua."

Papa Moon senyum lagi. "Mama sayang banget ya sama kamu."

"Iya lah, aku kan miniatur Papa," sahut Mark bangga.

"Tapi kok kamu cari cara menjinakkan Mama sih?"

Mark langsung mini heart attack. Dia nengok ke Papanya sambil cengengesan setengah takut setengah mau cari alasan.
"Kok Papa tau?" tanya Mark.

"Handphone anak kan harus diperiksa rutin sama orang tua. Udah jawab aja, kenapa kamu mau menjinakkan Mama?" jawab Papa santai.

Mark menautkan alisnya. "Ih Papa, nggak boleh buka hape orang sembarangan tau! Melanggar prisapi!"

"Privasi, nak."

"Iya lah itu pokoknya!" sungut Mark.

"Mukanya garang banget," Papa Moon malah ketawa liat anaknya marah. "Kamu belajar dari mana? Tips melawan orang tua?"

"Ish- Papa!" gerutu Mark, mukanya merah karena malu aib YouTube nya udah kebongkar semua.

"Udah jangan marah-marah, nyalain musik aja tuh. Lagu Red Velvet, kamu suka kan? Atau intro akad 10 jam aja?" ujar Papa Moon.

Lagi-lagi Mark cengo liat Papanya ketawa-ketawa. Segala dibahas intro akad 10 jam.

"Paling cantik Irene ya? Tapi menurut Papa masih cantikan mama kamu."

Mark cuma bisa menghela napas berat. Bahkan sampai Irene aja sekarang Papanya udah tau. Bingung mau bilang apa, takut dimarahin juga. Padahal Papa Moon bukannya marah malah ketawa banget tiap inget history youtube anaknya.

"Cara menjinakkan Mama tuh nggak bakal ada di internet," kata Papa Moon. "Soalnya caranya cuma satu."

"Apa?" tanya Mark penasaran.

"Jadi Papa," Papa ketawa bangga.

Mark mendengus. "Iya juga sih. Oh iya, yang search tips melawan orang tua itu Haechan. Dia waktu itu lagi marah sama Om Bos gara-gara hapenya disita."

"Kalian tuh ada-ada aja. Mau melawan orang tua aja cari tips dulu di internet," Papa masih aja ketawa.

"Maaf deh," ujar Mark sambil menundukkan kepalanya. "Itu cuma seru-seruan aja kok."

Dalam hati Papa Moon gemes sendiri liat anaknya. Berarti dulu waktu kecil dia segemes ini kali ya, secara Mark kan fotokopiannya banget. Pantesan Mama Moon dari kecil juga udah kepincut.

"Oh iya, satu lagi. Kenapa sih kamu suka banget muter-muterin anak kecil?" tanya Papa.

"Ya soalnya seru, Papa coba aja sendiri," sahut Mark. "Rasakan sensasinya, Pa. Apalagi kalo mereka pusing, mau kabur juga malah jatoh HAHAHAHAHAHAHA."

"Terus adik kamu yang masih di perut mama mau digituin juga?"

"Iya dong! Jisung sama Chenle aja udah sering kita puter, adik bayi aku juga harus diputer!" Mark bersemangat banget mau menyiksa calon adiknya.

Papa Moon agak ngeri, tapi akhirnya senyum lagi. "Jadi sebenernya Mark seneng nggak mau punya adik?"

Alih-alih jawab, Mark diem dulu terus menghela napas kayak orang banyak pikiran.
"Tergantung. Kata mama nanti papa jadi nggak sayang lagi sama Mark. Kalo kayak gitu adik bayi nggak usah lahir aja."

Sebelah tangan Papa Moon yang nggak dipakai menyetir mengusap kepala anak laki-lakinya yang sedikit berkeringat.
"Waktu kecil Mama ditinggal sama orang tuanya, makanya jadi takut kehilangan orang yang dia sayangi sampai sekarang. Mama bilang gitu karena dia takut."

"Jadi kalau adik bayi udah lahir, Papa masih sayang Mark? Mama juga?" tanya Mark polos.

"Iya lah. Coba tanya Injun atau Haechan, waktu punya adik mereka masih disayang orang tuanya kan?"

"Iya juga sih," gumam Mark. "Tapi adik bayi kata Mama mau dibunuh. Gimana dong?"

"Nggak kok, Mama udah nggak mau bunuh adik bayi," Papa Moon senyum. "Mark juga sekarang udah mau kan jadi kakak?"

Lagi-lagi Mark bengong dulu. Dia masih bingung sih sebenernya. Selalu dimanja terus tiba-tiba sekarang mau dikasih adik.
"Iya deh," akhirnya Mark mengangguk. "Tapi beliin gitar."

Senyum lega merekah di wajah Papa Moon, sekali lagi dia mengusap kepala anaknya. "Iya, sebentar lagi sampe kok di toko gitar."

"Yes! Nanti adik bayinya Mark bikinin lagu!"

"Bener ya? Dijagain adiknya, jangan diajak berantem."

"Oke!" angguk Mark. "Tapi sekali-kali boleh kan diputer di taman?"

Saatnya bilang apa?

Saatnya bilang apa?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hadeh...."






The Moons (Psycho But It's Okay | AU)Where stories live. Discover now