Bagian 6.

363 70 3
                                    

"Elo sedekat itu sama Kala?" Tanya Taera.
Gue dan anak tengil itu sedang menunggu Kala, Jongin dan Krystal di starbucks. Kita mau nonton bareng gitu.

"Iya. Kita temenan dari semenjak kala pindah dari Jepang saat umurnya 3 tahun kalau ga salah" balas gue santai tanpa menatap kearah Taera.

"Lo pernah suka dia?"

"Yakalik gue suka sahabat gue sendiri" balas gue ketus.

"Cadel! Mana ada persahabatan yang pure sahabat antara cewe dan cowo"

"Ada, kan Gue sama Kala" balas gue cepat.

"Yakin lo?"

"Lo diem apa gue guyur aja nih pake kopi?"

"Hahaha okeokee!"

...

Dan pertanyaan Taera yang dulu itu kini kembali terngiang-ngiang dikepala gue. Sejak kejadian di mobil tadi bukan memperbaiki tapi malah semakin memperburuk suasana antara gue dan Kala.

Gue juga jadi enggak enak banget mau nyapa dia karena gue sadar diri kalo pertanyaan gue itu sangat sungguh tidak masuk akal.

Dari jendela kamar gue diam-diam memperhatikan Kala keluar masuk rumahnya. Memperhatikan lampu kamarnyanya yang selalu menyala dan melihat bayangannya uang mondar-mandi karena sedang belajar.
Biasanya dikamarnya sekarang ada gue yang lagi baca komik atau ngerjain tugas kuliah.

"Dek? Mau mangga enggak?" Suara mama terdengar dari pintu kamar gue yang memang sengaja enggak gue kunci.

"Mau, bentar adek turun ma" balas gue.

"Oke" balas mama kemudian menutup pintu kamar gue. Gue kembali memperhatikan kamar milik kala yang tak biasa, jendela kamarnya terbuka dan ia berdiri di depan jendelanya dengan tatapan kosong.

5 menit berlalu Kala masih diam disana. Lalu 10 menit berlalu. Udara malam yang bisa bikin masuk angin itu terus berhembus menerpa wajah Kala yang masih menatap kosong.

Dengan cepat gue membuka jendela kamar gue dan memanggilnya. "Kal! Kala!...Ryu Kala!" Panggil gue, panggilan terakhir barulah kala menyadari.

"Elo ngapain disitu? Tutup jendela cepet! Ntar masuk angin" teriak gue.

"Iya" balasnya yang tak lama diikuti dengannya menutup jendela kamarnya lagi dan mematikan lampu kamarnya.

Guepun segera turun kebawa menyusul mama.

"Loh dirumah dek?" Tanya Bang Jihoon, abang gue satu-satunya yang sedang dengan lahapnya menyantap mangga di meja ruang keluarga sambil menonton tv bersama mama dan papa.

"Iya" balas gue.

"Biasanya dirumah kala" tambah mas Jihoon.

"Lagi marahan tuh mereka" timpal mama.

"Apaan sih ma" balas gue ketus lalu berjalan kearah sofa dan duduk disamping papa yang juga tengah asik menyantap mangga yang sebagian nya sudah dipotong mama.

Lalu tak lama papa menepuk bahu gue. "Sabar, yang namanya pacaran itu ya ga mungkin seneng-seneng terus" katanya.

"Adek enggak pacaran sama kala papa!"

"Ah yang bener?" Ledek Bang Jihoon.

"Enggak pacaran tapi suka akan kan?" Tanya Mama. "Kalau suka ya bilang biar mama cepet-cepet booking kala jadi mantu mama! Enggak tahu apa kala itu most wanted jadi menantu loh di komplek matahari" tambah mama lagi.

We Have a Reason | Another 'We' Serries - WGM UniverseWhere stories live. Discover now