Satu

12K 715 28
                                    

--

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-
-

Di tengah hiruk-pikuk dan gemerlap ibu kota yang tak pernah tidur, terdapat kisah-kisah kehidupan sederhana yang melibatkan orang-orang di tengah riuhnya kehidupan metropolitan. Kota yang dipenuhi gedung pencakar langit dan jalanan ramai menyimpan rahasia kehidupan sehari-hari dari orang yang berjuang menjalani hari mereka.

Dalam kehidupan sederhana ini, setiap orang memiliki cerita unik yang mencerminkan perjuangan, harapan, dan kebahagiaan tersembunyi di balik panorama megah kota.

Seperti halnya Arkana, atau yang sering dipanggil nenek dengan nama Kana, seorang bocah berusia 5 tahun, sedang berusaha menjajakan makanan buatan nenek. Meskipun nenek enggan melibatkan Kana dalam usaha tersebut, bocah kecil ini tetap berinsisitif untuk ikut berjualan. Kana selalu muncul pagi-pagi sebelum warung dibuka, tanpa alas kaki dan dengan baju yang kebesaran, membuat nenek tak tega menolak permintaannya.

"Pagi, nenek," sapa Kana setiap hari, tersenyum lebar. Pagi hingga siang, Kana membantu nenek berjualan di warung, sementara siang hingga sore, ia berdiri di dekat lampu merah menjajakan makanan sendiri, karena nenek sudah tua dan tidak mampu berjalan jauh.

Saat lampu hijau berubah menjadi merah, Kana berlari ke tengah jalan untuk menawarkan makanannya. Nyaris saja kaki kecilnya tersandung karena terlalu terburu-buru.

"Eh?" Kana terkejut saat tiba-tiba diangkat ke tepi jalan. Ketika ia menoleh, seseorang yang tinggi berjas hitam menatapnya dengan tajam. Dengan baju Kana yang masih digenggamnya, pria itu memperingatkannya, "Hati-hati," sebelum pergi memasuki mobil, meninggalkan Kana yang terdiam di tempat.

Disaat Kana ingin berlari lagi ke tengah jalan untuk menjajakan makanannya, lampu merah sudah berganti hijau. Mata nya berkaca, namun tidak ada satupun air mata yang jatuh. Pasalnya, dari Kana datang ke lampu merah belum ada satu pun makanannya yang laku, padahal hari sudah semakin sore.

Memundurkan langkahnya, ia mengusap peluh pada kening sempitnya akibat terkena panas matahari. Berjalan kembali ke pinggir jalan, binar mata itu kembali saat ia menangkap seseorang yang berjalan ke arahnya.

"Ibu mau beli golengan?" tanya Kana dengan bahasa cadelnya saat mendapati wanita dengan pakaian anggun yang membawa paper bag di tangannya sudah ada di hadapannya.

"Iya, Ibu beli dua puluh ya, dek," Kana bersorak senang saat mendengar wanita itu membeli makanannya dengan jumlah cukup banyak. Kana mengeluarkan plastik dan mulai memasukkan gorengan ke dalamnya. Setahun lebih dirinya ikut nenek berjualan, membuat Kana pandai berhitung, bahkan sudah pintar mengenali nominal uang dan bisa membaca walaupun belum lancar karena ajaran nenek.

"Ini uangnya, sisanya buat adek aja," wanita itu menyerahkan pecahan uang lima puluh ribu empat lembar ke hadapan Kana.

"Tapi uangnya kebanyakan, Bu," jawab Kana dengan polosnya. Kana bingung, belum pernah melihat uang sebanyak ini, apalagi memegangnya.

Baby Williams's Life (ON GOING)Where stories live. Discover now