Dua

236 33 9
                                    

Hiruk-pikuk keramaian kota selalu menjadi bukti nyata dari perbudakan ambisi yang tak terhingga. Potret raksasa yang menunjukkan betapa para manusia itu dikelilingi ideologi kekuasaan mengatas namakan uang sebagai raja dunia.

Mereka semua berlomba-lomba meraih nafsu hati dengan berbagai macam cara, asalkan dia bisa berada dipuncak tertinggi duniawi.

Tapi bagi Kim Yoona, menyaksikan siklus perubahan dan perkembangan manusia yang tak ada bedanya, lebih menarik daripada berlari dengan ambisi yang menggebu. Jika dia bisa memiliki apapun yang dia inginkan dalam satu tarikan nafas, untuk apa dia bersusah payah berlomba dengan orang-orang di luar sana?

"Sudah ku katakan padamu. Kalau bosan dirumah, kenapa tidak membantu ayah saja di kantor?"

Yoona mendudukkan diri disofa yang ada di ruangan kakak sulungnya, Kim Joonmyeon, yang menjabat sebagai CEO sejak dua bulan yang lalu menggantikan sang ayah. Gadis itu mendengus, melipat kaki kanannya ke atas kaki kiri, kemudian bersandar pada punggung sofa sementara netranya tertuju pada sang kakak di singgasana.

"Kau tahu aku benci berhadapan dengan berkas-berkas sialan itu, untuk apa bersusah payah menawarkan sebanyak seratus kali?"

"Apa sudah sebanyak itu?" ucap Joonmyeon sambil terkekeh tak berdosa.

Sementara Yoona hanya mencibir. Tentu saja itu hanya ungkapan hiperbolis, tapi kakaknya selalu dungu dan menyebalkan.

"Apa nanti malam, Sehun lembur lagi?" tanya gadis itu.

Sudah bukan hal mengejutkan bagi Joonmyeon jika adik bungsunya itu lebih banyak bertanya tentang kesibukan sang suami padanya. Bukannya menanyakan secara langsung. Dan Joonmyeon pun tidak sebodoh itu untuk tidak mengetahui keadaan dua orang penting dikehidupannya tersebut.

Joonmyeon jelas tahu jika Yoona tidak pernah mengisi bagian lain di hati Sehun, dan diapun sangat tahu seberapa besar kecintaan adiknya pada pria jangkung itu.

"Kenapa tidak tanya langsung saja? Sampai kapan kau akan merengek terus padaku?" gerutunya, berniat bercanda.

Tapi, yahh. Meskipun begitu. Tetap saja itu sedikit membuat hati Yoona teriris miris.

Kenyataannya, dia cuma berpura-pura di depan Sehun seolah segalanya berjalan baik-baik saja. Meskipun sebenarnya tidak. Yoona, selalu merasa getir setiap harinya.

Takut, jika saja laki-laki itu akan pergi dari kehidupannya.

"Kau bilang tidak akan pernah menolak permintaanku." rengek Yoona lagi.

Dan Joonmyeon hanya mampu memutar bola matanya, bosan. Tapi sebenarnya dia sedang membenarkan ucapan si bungsu.

Joonmyeon beranjak berdiri, melangkah mendekat ke arah jendela kaca yang mengarah langsung pada pemandangan kota di luar sana. Terik matahari bersinar cerah siang ini, dan padatnya kota membuat laki-laki dewasa itu mendesah lega. Yeah, berada di kantor setidaknya tidak akan membuatnya kesal karena gerah yang berlebih.

"Dia masih belum menyukaimu, kan?" bisik Joonmyeon. Mencoba untuk tidak menyinggung perasaan adiknya itu.

Dan Yoona memang tidak pernah merasa tersinggung untuk itu. Dia susah terbiasa, dan kakak yang berdiri membelakangi dirinya saat ini sudah mengetahui segalanya, untuk apa Yoona menyembunyikan rahasia yang dia punya?

"Semalam, dia tidur dengan gadis lain lagi. Apa menurutmu aku kurang seksi?"

Laki-laki itu tertawa. "Tentu saja. Kau pikir bagian mana dari tubuhmu itu yang seksi, huh?"

"Oppa!"

Joonmyeon semakin terbahak di tempat, membalikkan tubuh dan menemukan raut jengkel di muka adiknya. “Tidak, itu bukan karena kau kurang seksi atau apapun, Kim Yoona. Kau yang paling tau siapa Oh Sehun, kan?”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Inscurity (YoonHun) Where stories live. Discover now